DEPOK, KOMPAS.com - Sandi Butar Butar, anggota Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Kota Depok, menceritakan kisahnya berulang kali berkait dia yang diajak "damai", setelah membongkar dugaan korupsi di lembaganya beberapa waktu lalu.
Ajakan damai ini datang menggantikan gelombang ancaman dan intimidasi yang pernah ia alami gara-gara memviralkan kasus ini dan membawanya ke ranah hukum hingga jadi sorotan media massa.
Modus mengajak damai paling sering yang ia hadapi, ujar Sandi, adalah menerima bertemu dengan pihak yang mengaku perwakilan "LSM".
Baca juga: Sandi dan Pengacara Penuhi Panggilan Polisi soal Dugaan Korupsi Dinas Damkar Depok
Kepada Kompas.com, Sandi menyebutkan sedikitnya ada tiga peristiwa saat dia disambangi oleh orang LSM. Peristiwa-peristiwa itu, menurut dia, terjadi sejak awal kasus ini mencuat hingga menjelang Lebaran 2021 lalu.
Peristiwa pertama terjadi pada bulan April, tak lama setelah Sandi menyerahkan barang bukti berupa sepatu, yang diduga hasil penggelembungan dana belanja, ke Kejaksaan Negeri Depok yang ketika itu sedang mengumpulkan data dan bahan keterangan.
Setelahnya, ia ditemui oleh salah satu orang LSM yang sejurus kemudian meminta waktunya untuk bicara.
Baca juga: Sandi Pembongkar Dugaan Korupsi Damkar Depok Mengaku Diberi SP, Wali Kota Idris: Lapor ke Saya!
"Dia menawarkan 'duduk tengah', katanya, 'minta apa?'" ungkap Sandi kepada Kompas.com, Selasa (25/5/2021).
"Di situ tetap saya tolak. Saya bilang, 'saya enggak minta apa-apa'. Tuntutan saya itu hak saya," kata dia.
Negosiasi jelas buntu di sana. Namun, bukan berarti oknum yang hendak melindungi skandal korupsi itu menyerah.
Suatu pagi, masih di bulan April, Sandi baru saja keluar dari gang rumahnya. Lokasi peristiwa terjadi di kawasang Depok Dua.
"Mau berangkat kerja itu pagi. Tiba-tiba diberhentikan oleh dua orang yang naik motor untuk nyuruh duduk tengah lagi," jelas Sandi.
Baca juga: Kejari Sudah Panggil 16 Orang Terkait Dugaan Korupsi di Dinas Damkar Depok
Kali ini, menurut Sandi, dua orang yang juga mengatasnamakan suatu "LSM" itu merupakan orang yang berbeda dengan yang ditemuinya setelah dari Kejaksaan Negeri Depok pada peristiwa pertama.
Baik pada peristiwa pertama maupun kedua, Sandi mengaku tak pernah mengenal pihak-pihak dari "LSM" yang mengajaknya damai.
"Mereka cuma bilang, 'Lo mintanya apa? Sampein aja'.. Saya cuma bilang, saya enggak minta apa-apa," lanjutnya.
Sandi kemudian menemukan jurus baru buat menangkal tawaran-tawaran, atau barangkali desakan-desakan, untuk damai itu. Caranya, yakni dengan berseloroh.