Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Memaknai Jalur Sepeda dari Penjual Kopi dan Roti Keliling

Kompas.com - 30/05/2021, 15:51 WIB
Alsadad Rudi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

"Dikasih jalan ini sama pemerintah, alhamdulillah, jadi enggak (perlu) ke tengah," ujar pria berlogat Madura itu.

Dari kacamata orang awam, perbuatan Zaini yang melawan arah di jalur sepeda terproteksi mungkin dianggap pelanggaran. Tapi ia tak punya banyak pilihan di tengah tata ruang Jalan Sudirman yang penyeberangan pejalan kakinya harus naik turun jembatan penyeberangan orang (JPO), apalagi dengan barang bawaan banyak.

Baca juga: Memosisikan Diri sebagai Manusia Tanpa Mesin di Kota Car-Oriented

Zaini tak sendiri. Komeng (35) juga mengaku sering melakukan hal serupa. Ia adalah penjual roti keliling. Selain mempermudah mobilitasnya sebagai pedagang, Komeng mengaku jalur sepeda terproteksi membuatnya bisa lebih cepat kabur kalau ada razia dari Satuan Polisi Pamong Praja.

Kompas.com sempat kurang paham dengan pengakuan Komeng ini. Sebab ia bukanlah pedagang yang mendirikan kios permanen di atas trotoar. Namun, Komeng mengaku kerap
dirazia oleh petugas Satpol PP walaupun gerobak dagangannya bentuknya "mobile".

Jika gerobak dan sepedanya sudah ditahan, ia harus menembus uang jika ingin mengambilnya kembali. Besaran uang yang harus ditembus biasanya mencapai sekitar Rp 300.000.

"Jadi kalau sudah lihat mobil Satpol di seberang (ruas jalan arah sebaliknya), kita bisa cepat kabur," ujar Komeng.

Terkait pengakuan Komeng ini, Kompas.com masih berupaya mengonfirmasi pihak terkait.

Terlepas dari pengakuan Komeng soal jalur untuk kabur apabila ada razia ini, secara keseluruhan ia menyatakan terbantu dengan adanya jalur sepeda terproteksi. Karena itu, Komeng menyesalkan kenapa masih ada pengguna sepeda yang tidak memanfaatkannya.

"Kalau sudah ada jalur sepeda ya harus pakai jalur sepeda, jangan ke tengah," ujar ayah dua anak yang tinggal di Rawabelong, Palmerah, Jakarta Barat itu.

Zaini dan Komeng bisa dibilang "anak lama" dalam dunia persepedaan Ibu Kota. Mereka sudah bersepeda jauh sebelum tren ini berkembang secara global selama pandemi, tak terkecuali di Jakarta.

Zaini dan Komeng juga bukan pesepeda yang gowes untuk sekedar hobi akhir pekan selama beberapa jam. Mereka mengayuh sepedanya setiap hari untuk menghidupi keluarganya dari pagi sampai malam.

Orang-orang seperti Zaini dan Komeng tentunya jadi bagian dari mereka yang merasa diuntungkan dengan keberadaan jalur sepeda.

Zaini dan Komeng mungkin luput dari pandangan mayoritas pengguna kendaraan bermotor yang terlanjur kesal dan memberi cap negatif pada pesepeda hanya gara-gara ulah pesepeda hobi.

Orang-orang seperti Zaini dan Komeng mungkin juga tidak masuk dalam pantauan sejumlah anggota parlemen yang mendesak jalur sepeda dibongkar karena menganggapnya tidak efektif.

Tidak efektif jika kita hanya melihatnya dari kacamata pesepeda hobi dan tentunya membahayakan jika dilihat dari perspektif pengguna mobil yang mengemudinya sembrono.

Baca juga: Minibus Tabrak Jalur Sepeda Permanen, Kadishub DKI Sebut Sopir Mengantuk

Pada sekitar penghujung April 2021, dua kecelakaan tunggal yang melibatkan mobil dengan pola yang mirip terjadi di Magelang dan Jakarta. Kemiripannya adalah mobil sama-sama menabrak pembatas jalur lambat yang biasa dipakai pesepeda.

Komunitas Bike2Work Indonesia menilai dua kejadian tersebut menunjukan bahwa jalur sepeda memang dibutuhkan untuk keselamatan pesepeda. Sebab, jika tidak ada pembatas, mobil yang menabrak bisa saja langsung menghantam pesepeda yang kebetulan sedang melintas.

Jika terjadi benturan, kemungkinan pengendara mobil untuk selamat tanpa mengalami cedera tentunya jauh lebih besar ketimbang pesepeda.

"Setelah di Jakarta, menyusul di Magelang. massa x kecepatan = momentum = daya rusak. Pembatas jadi terbukti penting untuk melindungi pengguna sepeda di jalur yang memang dipisahkan dari arus lalu lintas kendaraan bermotor," tulis Bike2Work Indonesia lewat akun twitter mereka, @B2WIndonesia pada 24 April 2021.

 

Kekhawatiran Pasca-Viralnya Pengendara Motor Vs Rombongan Pesepeda Road Bike

Beberapa hari terakhir, jagad dunia maya dihebohkan dengan viralnya sebuah foto yang menampilkan seorang pengendara motor mengacungkan jari tengah ke rombongan pesepeda road bike.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com