Polusi udara serta polusi suara juga menjadi sejumlah hal yang dia resahkan.
Terlebih, tiap sore hari saat jalan tersebut dipenuhi oleh kendaraan.
"Kalau sore di sini macet. Ya mau enggak mau, saya udah pusing, ya saya masuk ke dalam karena polusi dan kebisingan. Karena sudah terlampau lama, sudah familiar dengan kebisingan itu," ungkap Anwar.
Dia menambahkan, di rumah tersebut ada beberapa anak di bawah umur, termasuk tiga putranya.
Putra paling tuanya berumur 13 tahun, sedangkan yang paling bungsu berumur 6 tahun.
Anwar mengaku khawatir anak-anaknya tertabrak jika tiba-tiba keluar rumah tanpa pengawasan orang yang lebih tua.
"Ya saya bilangin, kalau ke luar rumah itu melipir dulu ke pinggir. Jangan langsung ke depan," ucap dia.
Beruntungnya, selama ini Anwar sekeluarga tidak pernah mengalami kejadian yang tidak diinginkan atau terluka karena tertabrak kendaraan.
"Saya selalu tegas agar mereka selalu berhati-hati, tapi alhamdulillah selama ini belum pernah kejadian apa-apa," tuturnya.
Meski Anwar sekeluarga tidak pernah mengalami hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka kerap menjadi saksi kecelakaan.
Salah satu yang terparah, kata dia, terjadi pada tahun 2014.
Saat itu, seorang pengendara mobil tiba-tiba menabrak depan rumah Anwar dari arah selatan.
"Sebabnya, dia memang mengantuk. Yang kedua, memang tercium alkohol dari dia. Saksinya itu dari beberapa ojek. Kejadian dini hari sekitar jam 03.00 sampai jam 04.00 WIB," paparnya.
"Kerugian kurang lebih Rp 17 juta. Alhamdulillah di-cover sama dia. Saya enggak nuntut apa-apa, karena emang kerugiannya cuma materiil aja," sambung Anwar.
Kecelakaan lain yang terjadi, lanjut dia, mobil yang Anwar parkirkan di sisi utara kediamannya tiba-tiba saja ditabrak seorang pengendara motor dari arah utara.