TANGERANG, KOMPAS.com - Sebuah rumah di Poris Gaga, Batuceper, Kota Tangerang, terletak di tengah jalan raya sejak tahun 2007 hingga saat ini.
Pantauan Kompas.com, rumah milik Anwar Hidayat itu lokasinya menjorok ke Jalan Maulana Hasanudin, Poris Gaga.
Di antara rumah-rumah lainnya yang berada di sisi kanan dan kirinya, rumah Anwar menjorok ke jalan raya sekitar kurang lebih enam meter.
Lokasi rumahnya yang menjorok itu membuat pengendara dapat dengan mudah melihat kediaman Anwar bahkan dari kejauhan.
Baca juga: Tegur Pejabat yang Umumkan Aturan Road Bike meski Belum Final, Siapa yang Disinggung Anies?
Anwar bercerita, rumahnya yang memakan jalan raya itu terjadi secara tidak sengaja.
Dia menyebut, pada tahun 2004, sertifikat rumahnya digadaikan oleh seorang oknum ke salah satu bank.
Kemudian pada 2007, Wahidin Halim, yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Tangerang, tengah melebarkan Jalan Maulana Hasanudin.
Dalam program tersebut, sederet rumah di jalan itu hendak digusur oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang.
Kemudian, saat Anwar hendak meminta kembali sertifikat rumah dia, oknum yang membawa dokumen itu terlanjur kabur.
Lantas, tanah yang menjadi lokasi rumah Anwar menjadi sengketa.
Baca juga: Izinkan Pesepeda Road Bike Pakai Jalur Kendaraan Bermotor, Dirlantas: Kita Punya Diskresi
Pihak Pemkot Tangerang dan Anwar sepakat untuk membawa kasus tersebut ke ranah perdata dan saat ini Pengadilan Negeri (PN) Tangerang tengah mengurus persoalan tersebut.
"Mudah-mudahan urusannya segera selesai. Karena di sini, kami kan korbannya. Karena sertifikatnya digadaikan oknum ke bank," papar Anwar saat ditemui di rumahnya, Kamis (3/6/2021).
Lantaran rumahnya yang menjorok ke jalan raya, Anwar sekeluarga kerap merasa resah.
"Karena apa, ya, namanya kami keluar rumah itu langsung pinggir jalan. Tidak ada halaman, tidak ada apa pun," papar dia.
"Jadi, ya sangat mengkhawatirkan," sambungnya.
Polusi udara serta polusi suara juga menjadi sejumlah hal yang dia resahkan.
Terlebih, tiap sore hari saat jalan tersebut dipenuhi oleh kendaraan.
"Kalau sore di sini macet. Ya mau enggak mau, saya udah pusing, ya saya masuk ke dalam karena polusi dan kebisingan. Karena sudah terlampau lama, sudah familiar dengan kebisingan itu," ungkap Anwar.
Dia menambahkan, di rumah tersebut ada beberapa anak di bawah umur, termasuk tiga putranya.
Putra paling tuanya berumur 13 tahun, sedangkan yang paling bungsu berumur 6 tahun.
Anwar mengaku khawatir anak-anaknya tertabrak jika tiba-tiba keluar rumah tanpa pengawasan orang yang lebih tua.
"Ya saya bilangin, kalau ke luar rumah itu melipir dulu ke pinggir. Jangan langsung ke depan," ucap dia.
Beruntungnya, selama ini Anwar sekeluarga tidak pernah mengalami kejadian yang tidak diinginkan atau terluka karena tertabrak kendaraan.
"Saya selalu tegas agar mereka selalu berhati-hati, tapi alhamdulillah selama ini belum pernah kejadian apa-apa," tuturnya.
Meski Anwar sekeluarga tidak pernah mengalami hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka kerap menjadi saksi kecelakaan.
Salah satu yang terparah, kata dia, terjadi pada tahun 2014.
Saat itu, seorang pengendara mobil tiba-tiba menabrak depan rumah Anwar dari arah selatan.
"Sebabnya, dia memang mengantuk. Yang kedua, memang tercium alkohol dari dia. Saksinya itu dari beberapa ojek. Kejadian dini hari sekitar jam 03.00 sampai jam 04.00 WIB," paparnya.
"Kerugian kurang lebih Rp 17 juta. Alhamdulillah di-cover sama dia. Saya enggak nuntut apa-apa, karena emang kerugiannya cuma materiil aja," sambung Anwar.
Kecelakaan lain yang terjadi, lanjut dia, mobil yang Anwar parkirkan di sisi utara kediamannya tiba-tiba saja ditabrak seorang pengendara motor dari arah utara.
Menurut Anwar, si pengendara motor baru kembali dari berbelanja.
Belanjaan si pengendara motor itu terlalu memenuhi kendaraannya sehingga dia kesusahan untuk berbelok.
"Jadi, cuma bisa lurus aja dia. Trus nabrak mobil saya. Itu juga di-cover sama dia," tutur Anwar.
Selain itu, kerap terjadi pula pengendara motor yang terpeleset di sekitar rumah Anwar.
Sekitar tiga bulan lalu, ada pula seorang pengendara motor yang menabrak trotoar kecil yang berada di depan rumahnya usai dia berjalan dari arah utara.
"Kecelakaan-kecelakaan kecil itu emang sering terjadi," katanya.
Anwar menuturkan, dia sengaja menanam sebuah pohon yang cukup besar di depan rumahnya untuk meminimalisir polusi udara.
Sedangkan, untuk menangani polusi suara atau kebisingan, dia memasang pintu kaca yang cukup tebal.
"Ya sebagai peredam kebisingan. Jadi memang pakai pintu yang tebal," ucapnya.
"Ini tanam-tanaman, juga buat peredam suara. Bisa juga buat polusi udaranya," imbuh Anwar.
Dia mengaku tidak masalah bila rumahnya digusur Pemkot Tangerang.
Saat ini, dia tengah menunggu keputusan PN Tangerang terkait tanah dia yang disengketakan.
"Enggak masalah. Silahkan digusur enggak apa-apa. Kami bijaksana, kami tidak membangkang. Engak punya kepentingan apa-apa juga," papar Anwar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.