Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perempuan Korban Pelecehan Seksual di KRL: Mengaku Trauma, Kecewa pada Penanganan Petugas

Kompas.com - 06/06/2021, 10:13 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang perempuan berinisial S mengaku mengalami pelecehan seksual di dalam kereta KRL Commuter Line jurusan Jakarta Kota-Cikarang, Jumat (4/6/2021) malam.

Setelah dilecehkan, S harus kecewa karena tidak mendapat penanganan semestinya dari petugas keamanan di stasiun.

Baca juga: Sepeda Biasa Diminta Keluar Lintasan Road Bike di JLNT, Pesepeda: Mangkel Saya!

Kronologi

Peristiwa tersebut bermula saat S hendak pulang ke rumahnya usai menjalani pekerjannya sebagai karyawati bank di Jakarta.

Awalnya, S ingin naik kereta menuju Bekasi. Namun, ia memutuskan menumpangi kereta jurusan Cikarang karena terlalu lama menunggu.

Saat rangkaian kereta tengah bergerak menuju Stasiun Jatinegara sekitar pukul 19.00 WIB, S mengalami pelecehan seksual.

"Saya mencari posisi berdiri di tengah. Si pelaku berdiri di samping saya, posisi berdiri berlawanan," ujar S, Sabtu (5/6/2021), dilansir dari Tribunnews.

Tiba-tiba, terduga pelaku pindah dari samping S ke belakang korban. Dia berdiri menghadap punggung S.

"Saya masih berpikir positif mungkin karena ramai, keadaan di sana lagi padat, keadaan kereta full seperti sebelum (pandemi) Covid," jelas S.

Baca juga: Pemprov DKI Buka Pendaftaran Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu Senin Besok

Tak berapa lama, S merasa didorong oleh tas pelaku yang diletakkan di depan.

S pun langsung curiga karena merasa ada gesekan di bagian bokongnya.

"Lama-lama kok ada yang aneh, pantat saya kaya ada yang nyenggol gitu lho, awalnya kan punggung doang (yang kedorong)," ucap S.

"Kaya ada yang gesek ini apa, saya risih dong," lanjutnya.

Saat menengok ke arah belakang bawah, S memergoki pelaku sedang mengarahkan kemaluannya ke arahnya.

S lantas menendang pelaku dan berteriak di dalam KRL.

"Terus saya refleks nendang sekenceng-kencengnya, saya teriak di KRL. Orang-orang juga cuman bengong, mungkin orang-orang nggak ada yang engeh, karena sepadat itu," urainya.

S menceritakan kronologi itu ke para penumpang. Lalu, ia dan pelaku dibawa petugas ke pos keamanan Stasiun Jatinegara.

Baca juga: Dua Petugas KAI Tewas Tertabrak di Jalur Rel Stasiun Cisauk

Dianggap kurang bukti

Saat diinterogasi di pos keamanan, pelaku sama sekali tidak mengakui perbuatannya kepada petugas.

Yang membuat S kemudian semakin marah, petugas tidak dapat memproses kejadian itu karena meminta bukti dan saksi.

"Akhirnya saya marah. Petugas pun bilang enggak bisa bantu proses karena minta barang bukti dan saksi," kata S.

S sesungguhnya membawa saksi, yakni teman kantornya. Akan tetapi, posisi saksi yang agak jauh dan hanya melihat ketika S tengah menendang pelaku dianggap petugas tidak cukup dijadikan sebagai kesaksian.

Petugas bahkan hanya meminta pelaku meminta maaf ke korban.

"Saya marah. Mana mungkin saya halu, marah-marah enggak jelas. Petugas pun malah ngomong minta maaf aja, seolah-olah saya cuma mengada-ada," bebernya.

Atas kejadian itu, S mengaku trauma.

"Saya sangat trauma apalagi dalam keadaan PSBB kaya gini kereta masih ramai padat sekali," aku S.

Jadi viral karena blunder admin Commuter Line

S menambahkan, ia merekam momen pelaku tidak mau mengaku di pos keamanan tersebut.

Momen itu kemudian diunggah S di media sosial. Teman-temannya juga melakukan hal serupa.

Salah satu akun @ZhaRaLa membagikan kisah S di Twitter dan menjadi viral.

"#commuterline @CommuterLine tindakan temen saya udah bener. Nendang! Gk mgkin dong orang pulang kerja capek masa tiba2 nendang2 orang. Petugas gk buat laporan apa2, karna tidak ada bukti. Trus klo gesekan gitu hrs bukti apa? Sempet orang moto? Bukti cairan??" tulis akun tersebut.

Namun, cerita itu menjadi ramai karena respons admin @commuterline yang kini telah terhapus.

Respons tersebut berbunyi: "BTW kejadian nya di alami sama temen Mba kan.?? bukan sama mba nya ?? kenapa gak langsung Lapor Polisi aja Mbanya.? dan kalo lapor polisi si mba nya pun harus ada bukti.."

Baca juga: Muncul Klaster Covid-19 di Kayu Putih Jaktim, Satu RT Terapkan Micro Lockdown

Jawaban admin tersebut ditanggapi negatif oleh warganet. Sehingga, PT KAI mengeluarkan siaran pers.

Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba dalam rilis tersebut menegaskan pihaknya telah memberikan sanksi terhadap admin.

"Untuk admin yang bertanggung jawab atas cuitan respons kasus pelecehan seksual di KRL itu kini telah dicabut aksesnya. Selanjutnya akan ada proses sanksi terhadap yang bersangkutan," ucap Anne, Sabtu (5/6/21).

Anne menekankan, pihaknya telah mencatat identitas pelaku secara lengkap yang dapat digunakan di kemudian hari.

"Terduga pelaku tidak mengakui perbuatannya, namun KAI Commuter telah melakukan pendataan lengkap jika diperlukan di waktu yang akan datang," jelasnya. (Wahyu Gilang Putranto / Tribunnews)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Korban Pelecehan Seksual di KRL, Akui Trauma dan Kecewa terhadap Respons Petugas Keamanan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com