JAKARTA, KOMPAS.com - Pembina komunitas sepeda ASC Cycling, Ahmad Sahroni, menilai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuat kebijakan diskriminatif dengan hanya membolehkan sepeda road bike melintas di Jalan Layang Non-Tol (JLNT) Tanah Abang-Kampung Melayu.
Sahroni menilai, seharusnya Dinas Perhubungan DKI bisa memfasilitasi semua jenis sepeda, tak hanya sepeda road bike.
“Kebijakan ini menurut saya tidak ada urgensinya dan cenderung diskriminatif pada pesepeda non-road bike," kata Sahroni dalam keterangan tertulis, Senin (7/5/2021).
Sahroni menilai, faktor kecepatan tak bisa menjadi alasan Dishub mengkhususkan JLNT tersebut hanya untuk sepeda road bike.
Baca juga: Ketika Jalur Road Bike Bikin Mangkel Sesama Pesepeda, Merasa Didiskriminasi Berdasarkan Harga
"Padahal, kalau memang ukurannya kecepatan, ya sepeda road bike juga bisa lambat, dan sepeda non-road bike juga bisa cepat,” ujar Sahroni.
Oleh karena itu, anggota DPR dari Daerah Pemilihan Jakarta III ini meminta Pemprov DKI untuk mengevaluasi kembali kebijakan jalur sepeda di JLNT. Ia menyarankan aturan bagi pesepeda di JLNT ini ditentukan berdasarkan tolok ukur yang jelas.
Misalnya, dengan adanya ukuran maksimal kecepatan atau pelarangan kegiatan, bukan tergantung jenis sepeda.
“Kalau memang alasannya sepeda road bike itu kencang, sebenarnya semua sepeda juga bisa juga kencang. Jadi, sebaiknya jika memang mau diatur, ya diatur aja berdasarkan kecepatan, misalnya hanya boleh kecepatan 40 km per jam," kata Sahroni.
"Atau berdasarkan aturan tertentu, misalnya, di jalan raya tidak boleh berhenti untuk foto-foto atau nongkrong. Jadi bukan berdasarkan jenis sepedanya,” sambungnya.
Baca juga: Tak Semua Pesepeda Road Bike Kencang, Petugas Tak Pantau Kecepatan di JLNT Casablanca
Pemprov DKI Jakarta membuat lintasan road bike di Jalan Layang Non-Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang yang bisa dipakai pada Sabtu dan Minggu pukul 05.00-08.00 WIB. Namun, kebijakan itu diprotes pesepeda non-road bike.
Yono, pesepeda non-road bike yang ingin melintas di JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang merasa kesal lantaran petugas dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengusir dia dari JLNT.
"Mangkel saya! Tiba-tiba saya disuruh keluar karena sepeda saya berbeda," kata Yono saat ditemui di depan Citywalk Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu kemarin.
Dia mengatakan, kebijakan tersebut sangat diskriminatif karena memberikan fasilitas jalur hanya dengan melihat jenis sepeda.
Padahal, menurut Yono, lintasan JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang memiliki dua lajur yang bisa berbagi dengan sepeda non-road bike.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.