Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ragam Permasalahan Depok, dari Ketimpangan Pembangunan hingga Tingginya Angka Pengangguran

Kompas.com - 09/06/2021, 14:42 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini Depok kembali menjadi sorotan karena kesenjangan pembangunan yang terjadi.

Pemerintah Kota Depok berencana untuk merevitalisasi trotoar di Jalan Margonda Raya. Untuk kesekian kalinya, daerah Margonda menjadi fokus pembangunan.

Hal ini membuat warga Depok meradang. Mereka menuntuk pemerintah kota mulai memikirkan pembangunan infrastruktur di wilayah lain yang belum terjamah.

"Mau sampai kapan membangun Margonda doang? Sekalian saja diperpanjang (trotoarnya), jangan cuma dibagusin, tapi tempatnya di situ lagi, di situ lagi," ujar Tri, warga Kampung Parung Belimbing, Selasa (8/6/2021).

Paradigma pembangunan Margonda-sentris di Depok sudah sering bahan cemoohan dan kritik berbagai pihak. Namun, hal ini ternyata tidak terjadi begitu saja.

Baca juga: Warga Depok kepada Pemimpinnya: Mau sampai Kapan Bangun Margonda Doang?

Pendapatan rendah berujung ketimpangan

Pakar kebijakan publik sekaligus pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Lisman Manurung, menyebutkan bahwa rendahnya pendapatan per kapita di Depok berkontribusi pada ketimpangan pembangunan di sana.

"Perbandingan antara APBD-nya, per kapita di Depok itu Rp 1 juta per orang, di DKI Rp 7 juta per orang, jadi jomplang," ujar Lisman, seperti disiarkan akun YouTube Harian Kompas.

"Artinya semua pembiayaan fasilitas publik itu jomplang 7 kali lipat. Jadi kalau di Jakarta dibangun 7 kilometer jalan, di Depok cuma kebagian sekian meter".

Lisman menambahkan, keterbatasan biaya untuk mengembangkan infrastruktur membuat kepadatan penduduk juga tidak merata.

Di Depok, kebanyakan orang bermukim di sepanjang jalan utama. Sementara, sejumlah wilayah di kota tersebut bahkan tidak memiliki akses jalan raya.

Baca juga: Rencana Jalur Sepeda di Atas Trotoar Margonda, Warga Depok: Nanti Juga Jadi Tempat Parkir

 

Tingkat pengangguran yang tinggi

Rendahnya APBD per kapita di Depok juga berdampak pada kesejahteraan warga. Banyak warga Depok tidak mendapatkan pendidikan memadai hingga akhirnya harus menganggur.

Data Badan Pusat Statistik Tahun 2019 menunjukkan, angka pengangguran di Depok ada di angka 6,11 persen, melebihi angka pengangguran nasional sebesar 5,28 persen.

Lisman mengatakan, cukup sulit untuk mengubah Depok menjadi kota industri untuk meningkatkan pendapatan, karena kota tersebut jauh dari pelabuhan dan tidak memiliki lapangan terbang.

"Dari segi kebijakan memang tidak diperuntukkan untuk jadi kota industri," ujarnya.

Sehingga Lisman mengusulkan agar Depok fokus pada pengembangan perguruan tinggi dan pusat-pusat pengembangan produktivitas berbasis sumber daya demi menaikkan pendapatan per kapitanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Megapolitan
Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Megapolitan
Disnaker DKI Terima Aduan terhadap 291 Perusahaan soal Pembayaran THR Lebaran 2024

Disnaker DKI Terima Aduan terhadap 291 Perusahaan soal Pembayaran THR Lebaran 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com