Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Road Bike Diminta Tak Diistimewakan, Pesepeda: Semua Ingin Olahraga, Kenapa Dibedakan?

Kompas.com - 13/06/2021, 12:30 WIB
Tria Sutrisna,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pesepeda berharap agar rencana membuat lintasan road bike di Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang dibatalkan.

Mereka pun meminta agar fungsi jalur tersebut dikembalikan seperti semula, yakni hanya bisa dilintasi kendaraan bermotor roda empat.

"Kalau menurut saya kembalikan saja fungsinya jalan raya. Jadi kalau misalnya sepeda tidak boleh lewat, ya semuanya tidak boleh lewat," ujar Nirwana (45), seorang pesepeda di Jalan Raya Casablanca, Minggu (13/6/2021).

Dengan begitu, kata Nirwana, jangan ada perbedaan izin untuk melintasi JLNT hanya berdasarkan jenis sepeda yang digunakan.

Baca juga: Petugas Hentikan dan Larang Pesepeda Selain Road Bike Naik ke JLNT Casablanca

"Jadinya tidak ada genre (jenis) tertentu, seperti balap dan lain-lain. Jadi kesannya eksklusif begitu," kata Nirwana

Hal senada disampaikan oleh pesepeda lain, Rere (34). Menurut dia, aturan yang hanya memperbolehkan road bike melintas di JLNT terkesan diskriminatif.

Rere berpandangan bahwa apapun jenis sepeda yang digunakan oleh warga adalah sama, yakni untuk berolahraga dan sebagai alternatif transportasi selain kendaraan bermotor.

Baca juga: ITDP: Kebijakan Jalur Khusus Road Bike Mengundang Pengguna Kendaraan Lain Langgar Aturan

"Sepeda sama aja, buat olahraga. Ada juga yang mungkin pakai buat transportasi, kerja. Kenapa harus dibeda-bedakan," kata Rere.

Diapun sepakat dengan adanya desakan dari sejumlah pihak yang meminta agar JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang dikembalikan sebagai jalur khusus mobil.

Rere menyebut, akan lebih baik jika jalur sepeda yang sudah ada lebih dijaga ketat oleh petugas agar tidak dilewati oleh kendaraan bermotor.

"Menurut saya mending jalur sepeda yang sekarang dijagain, karena masih banyak dilewatin motor, mobil. JLNT ini biarin buat mobil kayak dulu," ungkapnya.

Sementara itu, Tegar (27) menyarankan agar rencana untuk membuat lintasan road bike di JLNT Casablanca itu dibatalkan agar tidak membuat jarak atau perbedaan antara para pesepeda.

"Ini malah bikin kotak-kotak antar pesepeda ya. Mending dibatalkan, toh bisa lewat kolong terowongan Casablanca. Meding itu dibuat jalur sepeda yang benar," kata Tegar.

Baca juga: Dishub Copot Rambu Uji Coba Road Bike Melintas di JLNT Casablanca

Pemerintah Provinsi DKI sebelumnya mewacanakan membuat lintasan road bike permanen di Jalan Layang Non-Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang.

Pesepeda road bike nantinya diperbolehkan melintasi jalan yang juga dikenal dengan nama JLNT Casablanca itu setiap Sabtu dan Minggu, pukul 05.00-08.00 WIB.

"Hasil rapat sementara lintasan jalan non-tol Kokas yang Karet itu menjadi lintasan permanen road bike setiap Sabtu-Minggu saja," kata Riza saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (31/5/2021).

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo menekankan, jalur sepeda permanen itu hanya untuk road bike.

Baca juga: Merasa Protes Jalur Road Bike Tak Didengar, Elemen Masyarakat: People Power Bergerak!

"Hanya untuk road bike. Karena kalau kendaraan (jenis sepeda) lain akan mix juga nanti berbahaya karena kecepatannya. Tentu ini akan kita lihat perkembangannya seperti apa karena masih uji coba," ujar Sambodo Sabtu (22/5/2021).

Lintasan tersebut pun sudah diuji coba selama empat pekan terhitung sejak Minggu (23/5/2021) hingga Minggu (13/6/2021).

 

Pada awal uji coba, Pemerintah Provinsi DKI menutup JLNT untuk kendaraan bermotor roda empat pada Sabtu-Minggu pukul 05.00-08.00 WIB. Rekayasa lalu lintas dilakukan.

Namun belakangan, kendaraan bermotor diizinkan lewat dan melintas bersama pesepeda road bike di JLNT. Pesepeda berjalan di sisi kiri, sementara mobil di sisi kanan jalan.

Rencana penggunaan JLNT Casablanca sebagai lintasan road bike pun menuai polemik di masyarakat. Sejumlah pihak menilai kebijakan tersebut diskriminatif karena jenis sepeda selain road bike dilarang melintas.

Selain itu, kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu juga dianggap melanggar aturan karena sejak awal JLNT itu dilarang dipakai untuk kendaraan roda dua, termasuk sepeda motor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Megapolitan
Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Megapolitan
Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Megapolitan
Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Megapolitan
Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Megapolitan
Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Megapolitan
Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Megapolitan
Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Megapolitan
KPU Gelar Sayembara Maskot dan 'Jingle' Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

KPU Gelar Sayembara Maskot dan "Jingle" Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

Megapolitan
Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Megapolitan
Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Megapolitan
Diduga Alami 'Microsleep', Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Diduga Alami "Microsleep", Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Megapolitan
Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Megapolitan
Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Megapolitan
H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com