Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Truk Korban Pungli Mengeluh: Anak Mau Jajan Dibentak, padahal Uang Disebar di Pelabuhan

Kompas.com - 15/06/2021, 21:58 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hidup sopir truk kontainer yang biasa beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara bak memakan buah simalakama. 

Pilihannya antara pekerjaan terlambat atau uang jalan habis tak bersisa gara-gara pungutan liar (pungli). 

Pekerjaan penting dalam rantai distribusi produksi tak jarang harus rela bertaruh dengan nyawa. Kerasnya kehidupan bekerja sebagai truk kontainer bahkan tak jarang berimbas ke kehidupan keluarga.

Baca juga: Mirisnya Hidup Sopir Truk di Tanjung Priok, Dipalak Preman hingga Petugas Pelabuhan

"Mirisnya itu, kalau anak lagi doyan jajan, eh anak dibentak gara-gara gak punya uang. Padahal uang Rp 2.000-Rp 5.000 disebar-sebar di pelabuhan untuk pungli," ujar Ahmad Holil (42), pria yang sudah bergelut menjadi sopir truk kontainer selama lebih dari 10 tahun saat ditemui di Posko Forum Lintas Pengemudi Indonesia di Cilincing, Jakarta Utara pada Selasa (15/6/2021) sore.

Holil merupakan satu dari sekian banyak sopir truk kontainer yang pernah membentak anaknya. Mereka berada dalam tekanan pekerjaan yang tinggi.

Uang jalan yang diberikan perusahaan tak jarang habis untuk pungli. Tak jarang, mereka mengeluarkan uang pribadinya untuk operasional pekerjaan.

Baca juga: Kata Sopir Truk soal Pungli Abadi: Diperas di Tanjung Priok, Dipalak Buruh Bongkar, hingga Dirampok Harta Benda

Saat pulang ke rumah, para sopir truk pun terkadang tak membawa uang untuk keluarga. Sisa uang jalan yang dimiliki para sopir truk kontainer pun ludes untuk membayar pungli.

"Kenapa sopir gak kaya-kaya? Duitnya abis di jalan. Setiap pengeluaran sekecil apapun itu dibebankan ke sopir truk," ujar Holil.

Para sopir truk pun harus memutar otak untuk menyiasati perjalanan ke Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka harus menghemat pengeluaran bahkan tak segan untuk menolak pungli. Namun, konsekuensinya adalah terhambatnya pekerjaan para sopir truk kontainer.

Pungli yang kerap muncul, kata Holil, dimulai saat truk kontainer masuk ke pelabuhan peti kemas. Petugas di pintu gerbang pelabuhan seringkali mempermainkan dan menerapkan pungli para sopir truk.

Baca juga: Curhat Sopir Truk Korban Pungli Tanjung Priok: Dimarahin Istri Terus Pulang Tak Bawa Uang

Mereka bisa memperlambat akses masuk truk kontainer ke dalam pelabuhan jika tak diberikan uang. Uang yang biasa dipungut sebesar Rp 2.000.

"Sebetulnya itu kita gak mau kasih, tapi itu dia maksa minta. Sistemnya itu yang ga di-enter. Akhirnya terpaksa kita rogoh kocek kita. Tombol OK itu yang jadi penentu," ujar Holil yang juga menjabat sebagai Humas Persatuan Sopir Trailer Tanjung Priok.

Setidaknya, pungli yang harus dikeluarkan oleh para sopir truk paling minimal Rp100.000 setiap kali perjalanan dari keluar garasi hingga kembali ke garasi truk kontainer.

Jika mesti mengantar ke pelabuhan petikemas untuk pengiriman lokal, pungli akan jauh lebih membengkak dibandingkan pengiriman ekspor dan impor.

"Rp 100.000 itu udah ngotot-ngototan supaya enggak kena banyak pungli," kata Holil.

Baca juga: Pelindo II Klaim Selama Ini Konsisten Atasi Pungli di Tanjung Priok

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com