Holil menyebutkan, operator tango yang nakal bisa mendeteksi jumlah uang yang diberikan oleh sopir truk dari jarak sekitar 12 meter.
"Kisarannya itu di bongkar muat sekitar Rp 5.000-Rp 25.000. Proses muat lebih mahal daripada bongkar," ujar Holil.
Baca juga: Pelindo II Klaim Selama Ini Konsisten Atasi Pungli di Tanjung Priok
Para operator tango yang nakal kerap mematok Rp 5.000 untuk sekali mengangsur, istilah untuk memindahkan peti kontainer.
Jika peti kemas yang akan dimuat berada di urutan keenam, maka biaya yang mesti dikeluarkan adalah Rp 30.000.
Besaran pungli juga berbeda-beda, tergantung jenis peti kemas yang akan dibongkar atau dimuat.
Pungli untuk bongkar atau muat kontainer jenis flat rack dan open top bisa mencapai Rp 150.000.
"Jenis itu perlu alat khusus. Kalau enggak kasih, dia kekeh tak akan layani," kata Holil.
Baca juga: Ada Pungli di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok? Adukan ke Nomor ini
Modus operandi pungli dalam proses bongkar muat peti kemas pun bermacam-macam. Ada yang menggunakan kantong plastik, diletakkan ke kotak panel listrik, hingga dimasukkan ke botol air mineral.
"Di kala sopir enggak ngasih, modus operandinya pasti tak akan bergerak atau ninggalin truknya. Saya pernah enggak dilayani gara-gara enggak kasih uang. Saya pernah tipu, saya kasih Rp 1.000. Itu bentuk uang baru kan mirip Rp 5.000. Dia enggak mau. Dia bisa lihat jumlah uangnya dari atas tango," ujarnya.
Proses pungli tak berakhir di bongkar muat. Saat sopir truk mau keluar dari pelabuhan peti kemas, pungli kembali terjadi dengan modus survei kontainer.
"Modusnya survei, dicek segel kontainernya, dicocokkan dengan database. Itu kena pungli Rp 2.000," tambah Holil.
Holil menyebutkan, jika dijumlah, uang pungli yang mesti dikeluarkan para sopir untuk sekali membawa truk kontainer paling sedikit Rp 100.000. Itu untuk kontainer biasa.
Jika kontainer yang bongkar muatnya perlu alat khusus, uang yang mesti dikeluarkan si sopir tentulah jauh lebih besar.
"Seminim-minimnya pungli itu Rp 100.000. Itu Rp 100.000 sudah ngotot-ngotot nawar," kata Holil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.