"Pada Mei harusnya (testing) meningkat, tapi banyak orang takut ditesting. Dan pada anak juga banyak laporannya, orangtuanya tidak mau ditesting, anaknya tidak mau ditesting," kata Aman.
Ketika jumlah pengujian sangat sedikit, maka sangat sulit untuk melihat data real.
"Ketika testing sedikit, kita seperti orang buta berjalan. Bagaimana kita berjalan kalau tidak ada yag menuntun. Menuntunnya bagaimana? Testingnya harus dibenahi," tegasnya.
Baca juga: Fakta Pandemi Covid-19 Jakarta Memburuk: Tembus 4.000 Kasus Baru, Varian Baru Mengganas
DKI Jakarta secara aktif melakukan pemeriksaan sampel whole genome sequencing (WGS) dan telah mengirim 980 sampel terduga mutasi virus.
Dari jumlah tersebut, 289 dinyatakan bukan merupakan variant of concern (VoC), 33 merupakan VoC, 438 masih menunggu hasil, 216 dinyatakan negatif Covid-19, 3 hasil WGS tidak dapat dianalisis, dan 1 invalid.
”Kami sudah menerima data 33 VoC dari Kemenkes. Dari data tersebut, kami identifikasi bahwa 25 kasus berasal dari orang yang melakukan perjalanan luar negeri, 3 kasus transmisi lokal di luar Jakarta karena bukan domisili Jakarta hanya saja melakukan pemeriksaan di Jakarta. Lalu, ada 5 kasus yang transmisi lokal di Jakarta dan kelimanya varian Delta,” kata Dwi.
Adapun 33 VoC terdiri dari 12 varian Alpha (B.117), 3 varian Beta (B.1.351), dan 18 varian Delta (B.1617.2), seperti dilansir Kompas.id.
Baca juga: Cara Daftar Vaksinasi Covid-19 di Jakarta lewat Situs Resmi, Simak Panduannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.