JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan, pada Kamis (17/6/2021), untuk menghentikan sementara proses uji coba sekolah tatap muka lantaran kasus Covid-19 yang semakin meningkat.
Keadaan ini disambut berbeda oleh para wali murid. Sebagian beranggapan keputusan ini yang terbaik, namun sebagian juga masih mengharapkan sekolah tatap muka tetap akan terlaksana.
Seperti halnya AM, wali murid kelas 2 SMP di Kramat Jati. Ia mengaku sangat khawatir karena anak-anak sulit dijaga untuk taati protokol kesehatan.
"Karena anak-anak enggak bisa dijaga biar selalu taat prokes. Yang sudah tua saja susah disuruh prokes pas kumpul-kumpul, apalagi anak-anak. Jadi bahaya membiarkan anak-anak kumpul-kumpul di kelas, " ungkap AM.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Uji Coba Belajar Tatap Muka di Jakarta Dihentikan
Hal serupa juga disepakati LY yang dengan tegas mengingingkan anaknya belajar di rumah.
"Maunya anak di rumah, karena khawatir banget. Enggak masalah biarpun sesekali kesulitan ajarin anak, " kata LY, warga Cempaka Putih.
Lebih lanjut, LY mengaku sudah terbiasa dengan mengajarkan anak di rumah. Ia bahkan sudah memiliki pola mengajar yang tepat untuk anaknya.
"Aku menurunkan standar cara belajar anak. Cukup berusaha jadi teman buat anak-anak aja sih. Kadang serius kadang santai. Selain itu, kalau di rumah anaknya juga lebih mandiri, belajar sendiri. Dia nanya kalau ada yang enggak dipaham saja, " lanjut dia.
Baca juga: Virus Corona Varian Delta Dikhawatirkan Lebih Mudah Menyerang Anak-anak
Berbeda dengan keduanya, SF, wali murid kelas 2 SD di Cakung, mengaku meski merasa khawatir anak bersekolah tatap muka, tapi ia berharap sekolah bisa dilakukan dengan kombinasi luring dan daring.
"Karena anak-anak masih butuh interaksi dengan teman sebaya dan guru-gurunya. Kalau bisa kombinasi, mungkin seminggu 1-2 kali ke sekolah. Tapi tetap dengan protokol kesehatan ya," ujar SF.
Hal serupa juga disampaikan KW, wali murid kelas 3 SD di Jakarta Selatan. Ia mengaku khawatir, namun tetap setuju dengan sekolah tatap muka.
Baca juga: Covid-19 di Jakarta Meledak Lagi, Ada 4.144 Kasus Baru Hari Ini, Kedua Tertinggi sejak Pandemi
"Sepanjang pihak sekolah bisa menjamin anak-anak tetap melaksanakan protokol kesehatan selama di sekolah, saya tidak masalah dengan tatap muka. Mungkin bisa dengan diatur jadwalnya, seperti mekanisme ganjil genap sesuai nomor absen, " usul KW.
Selain itu, KW yakin anaknya bisa tetap terjaga kesehatannya dengan mengonsumsi makanan sehat dan vitamin.
"Kalaupun nanti positif, semoga efeknya tidak parah, sehingga bisa isolasi di rumah, " ucap KW.
Diketahui, uji coba sekolah tatap muka tahap kedua rencananya dilangsungkan pada 9-26 Juni 2021. Uhi coba ini dihentikan pada pekan kedua lantaran tingginya kasus Covid-19 di DKI Jakarta.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Jakarta Meledak, Epidemiolog: Solusinya Hanya Lockdown
Dalam uji coba kali ini, sebanyak 226 sekolah dari berbagai jenjang pendidikan ikut berpartisipasi dalam uji coba kali ini.
Adapun teknis uji coba sekolah tatap muka ini ialah kapasitas siswa tidak lebih dari 50 persen kapasitas kelas.
Selain itu, lama waktu pembelajaran hanya dua kali seminggu dan dilakukan selama 3-4 jam perhari. Seluruh murid, orang tua, dan guru yang terlibat juga harus sudah divaksin dan dituntut tetap melakukan protokol kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.