Perubahan bentuk kepala menyebabkan akan ada lengkungan yang membuat bagian depan kereta bertambah maju sekitar 75 milimeter.
Agar panjang kereta tetap 20,5 meter, maka harus dilakukan penghilangan pintu masinis dan pintu pertama penumpang.
Baca juga: Karpet Merah Pesepeda dari Anies: Masuk MRT sampai Road Bike Boleh Keluar Jalur Sepeda
"Pintu masinis dan pintu penumpang pertama yang terhilangkan berdampak terhadap kapasitas kereta, design station, dan signaling system agar panjang kereta tetap 20,5 meter," tulis data tersebut.
Perubahan bentuk kepala tidak akan berdampak terhadap jadwal produksi. Namun, akan ada penambahan biaya produksi sehingga menjadi Rp 64 miliar.
"Penambahan biaya produksi. Perkiraan Rp 64 M untuk perubahan total," bunyi informasi dalam data tersebut.
Data yang sama juga dicantumkan estimasi biaya perubahan seniai 156 juta yen atau setara Rp 18,3 miliar yang akan di-review lebih lanjut dengan substansi dan penjabaran yang lebih rinci.
Bantahan Sumarsono
Sumarsono membantah, Pemprov DKI tidak berencana untuk mengubah desain lokomotif MRT.
Namun, yang dia maksud adalah memilih dua desain lokomotif MRT yang telah ada.
Dua pilihan desain MRT yang dimaksud ialah desain MRT berwarna hijau yang disebut mirip "jangkrik" dan MRT berwarna biru dengan bentuk kepala lokomotif lebih aerodinamis.
Pernyataan Sumarsono itu untuk meralat pernyataan dia sebelumnya yang menyebut akan melakukan desain ulang kepala lokomotif MRT.
"Bukan kami lakukan redesign, bukan, melainkan adalah mukanya ada dua pilihan, kami bikin (minta) yang aerodinamis. Bukan me-redesign ya, tetapi memilih dua," ujar Sumarsono seusai mendatangi RSUD Tarakan, Rabu (18/1/2017).
Sumarsono menjelaskan, desain lokomotiv MRT awalnya langsung ditentukan PT MRT tanpa berkoordinasi dengan Pemprov DKI.
Dalam diskusi, tim memutuskan untuk membuat desain lokomotif yang lebih sporty dan aerodinamis. Akhirnya, lokomotif yang semula berwarna hijau dengan desain yang disebut mirip jangkrik diubah menjadi warna biru.
"Dua desain inilah yang kemudian belum diputuskan yang 'jangkrik' atau yang biru," ujar Sumarsono.
Hasil diskusi tim dibawa ke dalam rapat yang dihadiri oleh Sumarsono. Dalam rapat itu, disepakati untuk menggunakan desain kereta berwarna biru.
Sumarsono pun menegaskan, perubahan desain itu bukan berasal dari kemauan pribadinya, melainkan keputusan tim.
"Jadi yang lihat kurang bagus, kurang sreg, bukan saya saja, tetapi tim juga," ujar Sumarsono.
Tanggapan masyarakat