Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Lidah Api Monas, Dibalur Puluhan Kilogram Emas Hasil Sumbangan Saudagar Aceh

Kompas.com - 22/06/2021, 18:03 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

Sumber ,Bobo

JAKARTA, KOMPAS.com - Tugu Monumen Nasional (Monas) yang terletak di pusat Kota Jakarta dibangun oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, untuk mengenang perjuangan pahlawan dalam merebut kemerdekaan.

Di pucuk monumen setinggi 132 meter itu terdapat konstruksi lidah api yang dibalur emas sebagai lambang semangat bangsa Indonesia yang tak pernah padam.

Lidah Api Kemerdekaan

Harian Kompas pada Juli 1996 menulis, lidah api di puncak obelisk Monas, yang kemudian disebut Lidah Api Kemerdekaan, merupakan pengejawantahan langsung dari gagasan Soekarno.

Lidah api dianggap sebagai perwujudan kepribadian bangsa Indonesia: ia dinamis, bergerak, dan berkobar.

Baca juga: Kado Ulang Tahun Ke-494 Jakarta, Lonjakan Covid-19 hingga RS Terancam Kolaps

Saat pertama kali dibuat, Lidah Api Kemerdekaan dilapisi emas seberat 35 kilogram, seperti dilansir situs majalah anak-anak Bobo.

Namun, pada tahun 1995 ketika Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-50, lapisan emasnya ditambah menjadi seberat 50 kilogram.

Sebagian besar dari emas pelapis lidah api tersebut disumbangkan oleh saudagar kaya dari Nanggroe Aceh Darussalam, Teuku Markam.

Sosok Teuku Markam

Catatan Kompas.com, Teuku Markam merupakan pria kelahiran Panton Labu, Aceh Utara, di tahun 1925.

Ia dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan Soekarno.

Baca juga: Gubernur DKI Jakarta dan Kontroversinya: Riwayat Penggusuran pada Era Gubernur Wiyogo, Jokowi, dan Ahok

Sebelum banting setir menjadi saudagar, Teuku Markam pernah berdinas di militer.

Dalam perjalanannya sebagai pengusaha kaya raya di awal kelahiran Republik Indonesia, Teuku Markam banyak terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa.

Dia mendirikan perusahaan perdagangan bernama PT Karkam.

Namun karena kedetakannya dengan Soekarno, nasib Teuku Markam berubah drastis di era rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto.

Dirinya pernah dijebloskan ke dalam penjara pada tahun 1966 karena dituding sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca juga: Kontroversi Pajak Judi Ali Sadikin dan Manfaatnya bagi Pembangunan Kota

Perusahaannya diambil alih pemerintah dan menjadi cikal bakal BUMN bernama PT Berdikari (Persero).

Tahun 1966, dirinya pernah dipenjara oleh Orde Baru tanpa proses pengadilan. Perusahaannya, Markam kemudian diambil alih pemerintah dan menjadi cikal bakal BUMN bernama PT Berdikari (Persero).

(Penulis : Muhammad Idris, Vitorio Mantalean | Editor : Muhammad Idris, Sabrina Asril)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber ,Bobo
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Pernah Tolak Laporan Pelecehan yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar Saat Masa Kampanye

Polisi Pernah Tolak Laporan Pelecehan yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar Saat Masa Kampanye

Megapolitan
Sopir Truk Biang Kerok Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Ternyata Masih di Bawah Umur

Sopir Truk Biang Kerok Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Ternyata Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Senangnya Alif Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang, Bisa Lihat 'Sunset'

Senangnya Alif Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang, Bisa Lihat "Sunset"

Megapolitan
Tersangka Kecelakaan Beruntun di GT Halim Temperamental, Polisi Minta Bantuan KPAI dan Psikolog

Tersangka Kecelakaan Beruntun di GT Halim Temperamental, Polisi Minta Bantuan KPAI dan Psikolog

Megapolitan
Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Megapolitan
Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Megapolitan
Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Megapolitan
Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Megapolitan
Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Megapolitan
Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Megapolitan
Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Megapolitan
Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Megapolitan
Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com