JAKARTA, KOMPAS.com - Tugu Monumen Nasional (Monas) yang terletak di pusat Kota Jakarta dibangun oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, untuk mengenang perjuangan pahlawan dalam merebut kemerdekaan.
Di pucuk monumen setinggi 132 meter itu terdapat konstruksi lidah api yang dibalur emas sebagai lambang semangat bangsa Indonesia yang tak pernah padam.
Harian Kompas pada Juli 1996 menulis, lidah api di puncak obelisk Monas, yang kemudian disebut Lidah Api Kemerdekaan, merupakan pengejawantahan langsung dari gagasan Soekarno.
Lidah api dianggap sebagai perwujudan kepribadian bangsa Indonesia: ia dinamis, bergerak, dan berkobar.
Baca juga: Kado Ulang Tahun Ke-494 Jakarta, Lonjakan Covid-19 hingga RS Terancam Kolaps
Saat pertama kali dibuat, Lidah Api Kemerdekaan dilapisi emas seberat 35 kilogram, seperti dilansir situs majalah anak-anak Bobo.
Namun, pada tahun 1995 ketika Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-50, lapisan emasnya ditambah menjadi seberat 50 kilogram.
Sebagian besar dari emas pelapis lidah api tersebut disumbangkan oleh saudagar kaya dari Nanggroe Aceh Darussalam, Teuku Markam.
Catatan Kompas.com, Teuku Markam merupakan pria kelahiran Panton Labu, Aceh Utara, di tahun 1925.
Ia dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan Soekarno.
Sebelum banting setir menjadi saudagar, Teuku Markam pernah berdinas di militer.
Dalam perjalanannya sebagai pengusaha kaya raya di awal kelahiran Republik Indonesia, Teuku Markam banyak terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa.
Dia mendirikan perusahaan perdagangan bernama PT Karkam.
Namun karena kedetakannya dengan Soekarno, nasib Teuku Markam berubah drastis di era rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto.
Dirinya pernah dijebloskan ke dalam penjara pada tahun 1966 karena dituding sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Baca juga: Kontroversi Pajak Judi Ali Sadikin dan Manfaatnya bagi Pembangunan Kota
Perusahaannya diambil alih pemerintah dan menjadi cikal bakal BUMN bernama PT Berdikari (Persero).
Tahun 1966, dirinya pernah dipenjara oleh Orde Baru tanpa proses pengadilan. Perusahaannya, Markam kemudian diambil alih pemerintah dan menjadi cikal bakal BUMN bernama PT Berdikari (Persero).
(Penulis : Muhammad Idris, Vitorio Mantalean | Editor : Muhammad Idris, Sabrina Asril)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.