Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secarik Asa Ibu-ibu Korban Gusuran pada Batik Tulis

Kompas.com - 23/06/2021, 07:54 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - "Kita jadi keinget ya kalau lihat penggusuran, kasihan, itu rumah bagus-bagus. Mereka nganggep enteng kali ya, enggak bakalan digusur," ungkap Ayu (39) kepada Eni (39) sambil duduk lesehan di salah satu sudut Rumah Susun Pulogebang, Selasa (8/6/2021).

Persis di seberang rusun ini, eksekusi lahan sedang terjadi. Sebagaimana galibnya penggusuran, bentrok tak terelakkan.

Aparat berseragam merangsek ke area penggusuran untuk memastikan lahan sudah kosong sebelum dibabat alat berat. Sebagian aparat dan mobil-mobilmya diparkir di halaman Rusun Pulogebang.

"Ini masih mending, Mas. Dulu saya digusurnya kayak teroris," ungkap Ayu saat berbincang dengan Kompas.com.

Baca juga: Gubernur DKI Jakarta dan Kontroversinya: Riwayat Penggusuran pada Era Gubernur Wiyogo, Jokowi, dan Ahok

Ayu dan Eni sama-sama menghuni Rusun Pulogebang dengan status korban penggusuran era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Ayu, sebelumnya tinggal di kawasan Kalijodo, Jakarta Barat, digusur pada 2015.

Sementara itu, Eni, yang sejak lahir menghuni bantaran Sungai Ciliwung di Kampung Melayu, Jakarta Timur, digusur setahun berselang.

Keduanya terpaksa pindah ke rusun dengan perasaan masygul. Ada kenangan dan kemapanan yang mendadak direnggut dari hidup mereka, bersamaan dengan lindasan alat berat yang meruntuhkan rumah mereka.

"Aku malah ngekos dulu, Mas, enggak langsung pindah ke sini (setelah rumah digusur). Waktu itu belum bisa menerima. Aku ngekos sebulan, lihat-lihat bongkaran (rumah yang sudah digusur), baru pindah," ujar Ayu.

Kejayaan masa silam

Ibu-ibu pengrajin batik tulis Rusun Pulogebang sedang mewarnai kain batik yang telah mereka lukis dengan canting, Jumat (18/6/2021).KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN Ibu-ibu pengrajin batik tulis Rusun Pulogebang sedang mewarnai kain batik yang telah mereka lukis dengan canting, Jumat (18/6/2021).
Penggusuran itu elegi bagi Ayu. Ia baru membeli tanah orang lantas membangunnya jadi rumah tiga lantai ketika itu. Kesedihannya hanya sedikit teralihkan karena ia baru saja menjadi ibu kala itu.

Rumah tersebut menurut rencana dipakai sebagai tempat tinggal di lantai dasar dan lantai atasnya disewakan sebagai rumah kos.

Pembangunan rumah sudah nyaris rampung, tersisa dinding yang belum dicat dan kamar mandi yang belum dipasangi pintu, ketika perintah pengosongan sampai ke telinganya.

Aparat rutin berkeliling, mengingatkan tukang-tukang di rumah baru Ayu untuk segera menghentikan pembangunan karena 'tidak mungkin bisa bertahan'.

"Kata orang-orang itu dari dulu mau digusur tapi tidak pernah bisa, mungkin (aparatnya) masih bisa diajak 'kerja sama'. Ahok itu dikira begitu lagi, tapi Ahok enggak bisa. Enggak ada yang ngalahin Ahok," ungkapnya.

"Dikasih waktu satu minggu keluar, habis itu keluar SP lagi. Enggak ada sebulan (langsung digusur)," tambah Ayu.

Baca juga: Riwayat Becak di Jakarta: Dilarang Ali Sadikin-Wiyogo, Dirazia Ahok, Diizinkan Anies

Jelang penggusuran, arus listrik ke rumah Ayu diputus.

Ia segera ikut dalam rombongan warga yang mengurus pindah ke Rusun Pulogebang, mencoba melupakan masa silam di Kalijodo, kawasan yang dulu tersohor sebagai pusat prostitusi Ibu Kota.

Ayu bukan pekerja seks di sana. Namun, tak bisa dipungkiri, bisnis dunia malam yang dulu mencengkeram Kalijodo telah menghidupi banyak warga di sana. Suaminya DJ di salah satu kafe milik saudara.

Ayu pun bukan hanya berpangku tangan di rumah. Ia berjualan pakaian, bantal, dan barang-barang sejenis. Seminggu sekali ia mondar-mandir Pasar Tanah Abang untuk belanja dagangan.

Dari sana, kran pemasukan keluarga mengucur sampai mereka mampu membangun rumah tiga lantai dengan keringat sendiri.

"Di sana, alhamdulillah warganya lumayan (berkecukupan), walaupun rumah di situ istilahnya enggak ada yang bagus, tapi nyari duit jalan," ujar Ayu.

"Bu RT juga baru bangun (rumah). Ada yang habis bangun (rumah) setengah miliar. Habis. Memang sudah ya sudah, mau enggak mau."

Baca juga: Lokalisasi Kramat Tunggak: Dibuat Ali Sadikin, Diruntuhkan Sutiyoso

Di bantaran Ciliwung, Eni juga hidup berkecukupan, meski dapur dan kamar mandinya yang berdiri di atas aliran sungai, kerap lenyap disapu Ciliwung yang meluap. Risiko tinggal di bantaran sungai, katanya.

Eni menikah dengan suaminya pada 2007. Pernikahan dihelat dekat rumah. Pernikahan yang sangat berkesan, kenangnya.

Bagaimana tidak berkesan? Besan yang datang jauh-jauh dari Pekalongan disambut oleh banjir yang membenamkan rumah dua lantai di Kampung Melayu dan menenggelamkan Jakarta.

Banjir memang sering menimbulkan kerugian materi. Namun, bagi warga bantaran seperti Eni, banjir tak ubahnya sahabat yang kadang memang pasti membuat kita jengkel.

Eni dan suami berjodoh tatkala keduanya sama-sama kru film. Setelah menikah, tinggal suami yang melanjutkan karier, Eni tinggal di rumah. Di rumah, selagi mengurus anak-anaknya, ia coba tetap berdaya secara finansial. Dan ia berhasil.

Baca juga: Kontroversi Pajak Judi Ali Sadikin dan Manfaatnya bagi Pembangunan Kota

Di bantaran Ciliwung, Eni membuka warung kelontong. Keuntungan yang ditabung dari hasil dagang itu kemudian disulap sebagai modal untuk memperluas lini bisnis: buka rental PlayStation (PS)!

"Kalau sudah 'tahu' dagang, tutup sehari itu sayang rasanya. Pas zaman jaya-jayanya PS, itu sehari tinggal menghitung saja. Ha-ha-ha," ungkapnya sambil tergelak.

"Buka rental PS satu bulan sudah balik modal saya. Beneran itu. Padahal saya beli PS 2, terus tambah dua lagi," imbuhnya.

"Kalau di sini (rusun) mah enggak tahu deh."

Rusun bak sangkar emas

Anak-anak bermain dengan riang di RPTRA Rusun Pulogebang, Jakarta Timur, Jumat (18/6/2021).KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN Anak-anak bermain dengan riang di RPTRA Rusun Pulogebang, Jakarta Timur, Jumat (18/6/2021).
Rusun yang mereka tempati saat ini, mereka akui, memang nyaman untuk tinggal. Terlebih bagi Ayu yang anaknya baru berumur lima tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu

Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan "Food Estate" di Kepulauan Seribu

Megapolitan
Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Megapolitan
Pengeroyokan Preman oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Pengeroyokan Preman oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Megapolitan
'Update' Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim Utama, Total 9 Mobil Terlibat

"Update" Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim Utama, Total 9 Mobil Terlibat

Megapolitan
Oknum TNI Diduga Keroyok Preman di Depan Polres Jakpus, Warga: Itu Darahnya Masih Ada

Oknum TNI Diduga Keroyok Preman di Depan Polres Jakpus, Warga: Itu Darahnya Masih Ada

Megapolitan
Polda, Polri, dan Kejati Tak Bacakan Jawaban Gugatan MAKI Terkait Desakan Tahan Firli Bahuri

Polda, Polri, dan Kejati Tak Bacakan Jawaban Gugatan MAKI Terkait Desakan Tahan Firli Bahuri

Megapolitan
Oknum TNI Aniaya 4 Warga Sipil di Depan Mapolres Jakpus

Oknum TNI Aniaya 4 Warga Sipil di Depan Mapolres Jakpus

Megapolitan
Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemberian 'THR Lebaran' untuk Warga Terdampak Bencana

Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemberian "THR Lebaran" untuk Warga Terdampak Bencana

Megapolitan
Dua Karyawan SPBU Karawang Diperiksa dalam Kasus Bensin Dicampur Air di Bekasi

Dua Karyawan SPBU Karawang Diperiksa dalam Kasus Bensin Dicampur Air di Bekasi

Megapolitan
Soal Urgensi Beli Moge Listrik untuk Pejabat, Dishub DKI: Targetnya Menekan Polusi

Soal Urgensi Beli Moge Listrik untuk Pejabat, Dishub DKI: Targetnya Menekan Polusi

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di DKI Jakarta Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di DKI Jakarta Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Gagal Rekonstruksi karena Sakit, Gathan Saleh Dibawa ke Dokter

Gagal Rekonstruksi karena Sakit, Gathan Saleh Dibawa ke Dokter

Megapolitan
Karyoto Disebut Hentikan Perkara Firli Bahuri Diam-diam, Polda Metro Jaya: Mengada-ada!

Karyoto Disebut Hentikan Perkara Firli Bahuri Diam-diam, Polda Metro Jaya: Mengada-ada!

Megapolitan
9 Tahun Misteri Kasus Kematian Akseyna, Keluarga Tidak Dapat “Update” dari Polisi

9 Tahun Misteri Kasus Kematian Akseyna, Keluarga Tidak Dapat “Update” dari Polisi

Megapolitan
Ammar Zoni Residivis Narkoba 3 Kali, Jaksa Bakal Pertimbangkan Tuntutan Hukuman

Ammar Zoni Residivis Narkoba 3 Kali, Jaksa Bakal Pertimbangkan Tuntutan Hukuman

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com