Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Terjal Sutiyoso Wujudkan Transjakarta

Kompas.com - 23/06/2021, 10:55 WIB
Ihsanuddin,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sutiyoso menjabat gubernur DKI Jakarta selama 10 tahun, yaitu pada 1997-2007.

Salah satu kebijakannya yang terus dilanjutkan hingga kini, yakni Transjakarta dengan jalur khusus bus alias busway.

Transjakarta jurusan Blok M-Kota sepanjang 12,9 kilometer diluncurkan Sutiyoso pada 15 Januari 2004.

"Bus Transjakarta merupakan jawaban atas kondisi lalu lintas saat ini dan sekaligus menjadi titik awal dari perombakan total sistem angkutan umum dalam bingkai transportasi makro," kata Sutiyoso saat peluncuran, sebagaimana diberitakan harian Kompas 16 Januari 2004.

Baca juga: Riwayat Becak di Jakarta: Dilarang Ali Sadikin-Wiyogo, Dirazia Ahok, Diizinkan Anies

Saat itu, Transjakarta disambut antusias warga. Orang tua dan anak muda memadati Terminal Blok M dan halte di kawasan Kota Tua, termasuk halte-halte di sepanjang jalur bus khusus bus tersebut.

Selama dua minggu pertama, warga Jakarta menikmati 56 bus Transjakarta secara gratis.

Tertunda Berkali-kali

Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 Letnan Jenderal TNI (Purn) SutiyosoKOMPAS.com/ BONFILIO MAHENDRA WAHANAPUTRA LADJAR Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 Letnan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso
Meski demikian, gagasan Sutiyoso meluncurkan Transjakarta bukan tanpa rintangan. Peluncuran Transjakarta sempat tertunda berkali-kali akibat persiapan yang belum matang.

Mengutip Harian Kompas, Transjakarta di jalur Blok M-Kota sebenarnya sudah hendak diujicobakan sejak memasuki tahun 2002. Namun, berulang kali peluncurannya tertunda.

Soft launching yang semula dijanjikan bulan Februari 2002 tertunda hingga Desember 2002.

Bahkan proyek Transjakarta tidak kunjung selesai hingga Januari 2003. Pemprov DKI kembali menjanjikan Transjakarta bakal terealisasi bulan Mei, Juni, Agustus, dan Desember tahun 2003, namun juga tak kunjung terwujud.

Proyek itu akhirnya baru benar diluncurkan pada 15 Januari 2004.

Baca juga: Gubernur DKI Jakarta dan Kontroversinya: Riwayat Penggusuran pada Era Gubernur Wiyogo, Jokowi, dan Ahok

Kepala Divisi Perkotaan dan Masyarakat Urban Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Tubagus Karbyanto menilai, busway merupakan proyek plin-plannya Pemprov DKI.

Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) Azas Tigor Nainggolan menilai Pemprov terkesan "main- main" dalam melaksanakan program busway.

Proyek itu dipaksakan keluar tatkala konsep dan sistemnya belum jelas.

"Ini jelas hanya proyek-proyekan. Pemerintah hanya main- main dengan masalah krusial keruwetan lalu lintas Jakarta. Mereka menganggap remeh, seolah-olah tidak ada persoalan," kata Nainggolan.

Banjir kritik

Setelah resmi diujicobakan, Transjakarta juga tak luput dari kritik berbagai pihak.

Harian Kompas edisi 15 Desember 2003 memberitakan, saat masa uji coba Jalan Sudirman macet.

Sejumlah bus Transjakarta rupanya berhenti di jalur khusus di depan halte Dukuh Atas.

Pengamat perkotaan Yayat Supriatna mengatakan, situasi itu mengindikasikan kegagalan program Transjakarta.

Selain itu, kehadiran Transjakarta disebut akan meminggirkan sopir-sopir bus lain dan itu akan berdampak sosial luas.

Anggota DPRD DKI Jakarta kala itu, Tjuk Sudono, juga mengkritik proyek Transjakarta.

Dia mengatakan, angkutan umum yang diharapkan dapat mengatasi kemacetan di Ibu Kota itu menelan biaya begitu besar, yakni sebesar Rp 86,25 miliar.

Harian Kompas terbitan 30 Desember 2003 memberitakan kecaman dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) Jakarta Development Watch (Jadewa).

Baca juga: Usulan Revisi Tarif Parkir di Jakarta: Mobil Maksimal Rp 60.000 Per Jam, Motor Rp 18.000

LSM itu mengkritisi dana pembangunan berbagai prasarana penunjang Transjakarta yang diduga mudah diselewengkan.

Dana prasarana penunjang Transjakarta itu antara lain, halte Rp 5 miliar, pembangunan pembatas jalan (separator) Rp 2,7 miliar, marka dan tanda jalan Rp 4 miliar, dan pembangunan rambu Rp 300 juta.

Kritik juga datang dari para pengguna kendaraan pribadi dan sopir bus kota atau mikrolet.

Pada hari peluncuran Transjakarta itu, misalnya, lalu lintas di hampir seluruh ruas jalan di Jakarta macet.

Kemacetan membuat pengemudi mobil pribadi dan bus kota serta mikrolet kesal. Suara klakson yang bersahut-sahutan terdengar hampir di sepanjang jalan.

Saling mengumpat di antara sesama sopir pun berkali-kali terdengar.

Namun, Sutiyoso berprinsip the show must go on. Tak ada yang boleh membatalkan operasi Transjakarta.

Ia bercita-cita menggiring masyarakat untuk terbiasa menggunakan angkutan umum, bukan mobil pribadi.

"Protes soal kemacetan itu kan (muncul) dari orang-orang yang ke mana-mana naik mobil. Mereka tidak mau terganggu, tetapi orang lain disuruh menderita," kata Sutiyoso.

Transjakarta kini

Kini cita-cita Sutiyoso bisa dibilang sudah terwujud. Meski belum sempurna, namun Transjakarta terus berkembang sejak diluncurkan 17 tahun lalu.

Transjakarta menjadi sistem Bus Rapid Transit dengan jalur lintasan terpanjang di dunia, yakni mencapai 230,9 km.

Transjakarta kini memiliki 243 halte yang tersebar dalam 13 koridor. Armada bus yang dioperasikan berjumlah 4.000 unit lebih, termasuk bus listrik.

Transjakarta kini juga sudah terintegrasi dengan transportasi massal lainnya dengan program Jak Lingko, yakni 64 rute terintegrasi MRT Jakarta, 18 rute terintegrasi LRT Jakarta, 156 rute terintegrasi kereta KRL.

Pada awal 2020 sebelum pandemi Covid-19, jumlah penumpang Transjakarta sudah menyentuh 1 juta orang dalam sehari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com