Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nestapa Warga Bantaran: Rumah Tertimbun Lumpur, Perabotan Terangkut Bah

Kompas.com - 24/06/2021, 06:26 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Sonya Teresa Debora,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hidup segan, mati tak mau. Begitulah kondisi sebuah bangunan yang terletak di RW 007, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Bangunan itu sebenarnya memiliki tinggi 2,5 meter. Namun, lumpur kering setebal hampir setengah meter menutupi seluruh ubin sehingga bangunan seolah perlahan ditelan bumi.

Dari luar, tembok tampak tidak dilapisi apa pun. Batu bata telanjang yang semestinya berwarna oranye berubah kecokelatan. Sebagian malah berwarna hijau karena tertutup lumut.

Di tengah tembok, terdapat jendela kayu yang tertutup rapat. Di atasnya terpasang teralis berbahan sama.

Kondisinya tak kalah memprihatinkan. Warna cokelatnya sudah kusam.

“Rumah itu sudah ditinggal sama orangnya. Sudah capek dia kebanjiran terus,” tutur Maksum (61) saat Kompas.com menyambangi kawasan itu, Senin (14/6/2021).

Baca juga: Gubernur DKI Jakarta dan Kontroversinya: Riwayat Penggusuran pada Era Gubernur Wiyogo, Jokowi, dan Ahok

Rumah yang terbengkalai itu terletak di depan rumah Maksum.

Maksum tinggal di Rawajati sejak tahun 1985, sedangkan banjir di Rawajati sudah berlangsung jauh sebelum ia merantau ke sana.

Letak tempat tinggal Maksum hanya berjarak beberapa meter dari bibir sungai, tanpa penghalang. Tak heran ia menjadi salah satu korban banjir selama berpuluh tahun.

Banjir menjadi bagian dari rutinitas kehidupan.

Meski sudah terbiasa, rutinitas itu cukup menjengkelkan. Bagaimana tidak, air bah yang datang setiap tahunnya merusak tempat ia dan keluarga berteduh.

Baca juga: Air Kali Ciliwung Meluap, Permukiman Warga di Kebon Pala Banjir

Sepengalamannya, banjir paling parah yang ia pernah rasakan adalah tahun 2007. Tinggi air di daerah permukimannya kala itu mencapai sembilan meter.

Malang, ia tak sempat memindahkan perabotan di lantai satu rumahnya.

“Habis barang-barang semua keangkut air,” kenang Maksum.

Berkaca pada pengalaman itu, Maksum jadi enggan memiliki perabotan.

Sri (61), tetangga Maksum, juga lelah membeli perabotan rumah tangga. Jika banjir, pilihannya hanya dua, hanyut atau dibuang.

“Kursi-kursi itu udah sering dibuang. Basah, kering, basah, kering, lalu dibuang. Sekarang enggak pernah beli kursi lagi,” kata Sri.

Baca juga: Revitalisasi Monas ala Anies, Saat Pohon Rindang Berganti Jadi Lantai Beton nan Gersang

Sementara itu, warga yang bermukim di bantaran Kali Sunter, RW 004, Kelurahan Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, memilih mendesain rumah untuk mengamankan perabotan mereka dari terjangan banjir.

Bagaimana desain rumah mereka? Lantas, apakah mereka tidak lelah menghadapi banjir tiap tahunnya?

Jika pemerintah membebaskan lahan untuk menormalisasi sungai, apakah mereka bersedia pindah? Simak selengkapnya di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com