JAKARTA, KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB, Rabu (23/6/2021), ketika Rizal, bukan nama sebenarnya, berbincang dengan Kompas.com lewat aplikasi pesan.
Dokter umum yang bertugas di IGD rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabodetabek itu masih berada di tempatnya bekerja. Padahal, ia hari itu bertugas sejak pagi.
"Gue shift pagi, jam 07.00-14.00, tapi prolong karena pasien banyak, baru kelar jam 15.30. Sekarang masih di RS, ada kerjaan lain," kata Rizal.
Baca juga: Cerita Dokter Terima Pasien Covid-19 yang Ditolak 10 RS hingga Banyak Rekan Terinfeksi Corona
Sejak dua pekan lalu, jumlah pasien Covid-19 yang datang ke RS tempatnya bekerja tiba-tiba melonjak.
Tiap shift kerja tujuh jam, Rizal berujar, ada lebih dari lima pasien Covid-19 yang datang ke rumah sakit tempatnya bekerja. Padahal, dalam tempo empat bulan terakhir, paling hanya ada 2-3 pasien baru per shift, malah kadang tak ada pasien.
Gara-gara lonjakan pasien Covid-19 akhir-akhir inilah, Rizal dan rekan sejawatnya kerap lembur. Belum lagi ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.
Selain bertugas di IGD, Rizal adalah anggota peneliti penelitian Covid-19 multisenter, tim swab BNPB untuk karantina orang yang baru tiba dari luar negeri, dan punya setumpuk pekerjaan ilmiah macam bikin penelitian, dll.
Baca juga: Alarm dari RS Wisma Atlet, Pasien Positif Dipulangkan hingga Teror Sirene
Banyaknya pekerjaan, terlebih dengan adanya lonjakan kasus Covid-19 seperti saat ini, membuat Rizal tak punya banyak waktu untuk cukup tidur.
"Gue banyak kerjaan, tiap hari tidur kurang, makan enggak bisa dijaga," ujarnya.
"Jujur, gue udah enggak ngerti penjagaan diri gue gimana," kata Rizal saat ditanya cara menjaga kesehatan di tengah lonjakan kasus Covid-19 dan setumpuk pekerjaannya.
Rizal bercerita, dalam sehari, ia mengenakan pakaian hazmat berjam-jam, bahkan bisa sampai delapan jam. Itulah salah satu penyebab pola makannya tak teratur.
"Tadi gue pakai hazmat cuma dua jam, soalnya kan bisa ganti-gantian masuk. Pernah (pakai hazmat) delapan jam. Kadang kalau ribet, ya udah, gue terobos aja (pakai hazmat) sampai selesai shift. Iya, enggak makan minum (selama pakai hazmat)," tutur Rizal.
Baca juga: Tinjau Tempat Pemakaman Covid-19, Anies: Air Mata Tak Berhenti Mengalir
Meski harus bekerja lembur dan menghadapi segala risiko, seperti tingginya potensi tertular virus corona, Rizal mengaku senang bertugas di IGD.
"Sebenarnya gue senang-senang aja kerja di IGD, regardless risk of infection-nya ya, gue semangat aja kerja di IGD, banyak belajar," kata pria yang sebelumnya pernah terinfeksi virus corona itu.
Sementara itu, dokter di sebuah klinik swasta di Jakarta, Dea, memilih untuk mengurangi jam kerjanya di tengah lonjakan kasus Covid-19 saat ini. Sebab, ia sedang hamil.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.