Putri mengaku, tensi darah suaminya sekitar 160 saat skrining tes kesehatan, yang dilakukan tepat sebelum menerima vaksin CoronaVac.
Sedangkan, tensi darah dia sekitar 140 saat itu.
"Itu ditensi darah 160 suami saya. Ya sudah saya enggak bicara A, B, atau C ya. Yang berhak tahu itu kan mereka, petugas kesehatan mengizinkan atau tidaknya," papar Putri.
"Akhirnya di situ disuntik vaksin suami saya. Saya juga disuntik vaksin," imbuhnya.
Baca juga: Salah Kaprah Soal Vaksin Covid-19 yang Harus Kita Hindari
Keesokan harinya, menurut Putri, Joko mengalami demam tinggi dan batuk-batuk. Putri lantas membawa Joko ke klinik untuk berobat.
"Diinfus juga suami saya di rumah. Ya sudah saya lakuin semuanya demi sembuh, demi batuknya ilang. Tapi kok batuknya enggak ilang-ilang," ujar dia.
Karena kondisi Joko yang tak kunjung sembuh, Putri membawa suaminya ke puskesmas terdekat.
Baca juga: Muncul Dugaan KIPI Vaksin AstraZeneca, Simak Rekomendasi Papdi
Di tempat itu, pihak puskesmas berujar bahwa Joko tak perlu mendapatkan perawatan.
Kata Putri, pihak puskesmas juga tidak menyarankan Joko dirawat di RS karena pasti penuh.
"Puskesmas bilang enggak usah dirawat, dirawat di RS juga penuh," sebutnya.
Putri menuturkan, sejak saat itu, Joko tak kunjung sembuh dari demam tinggi dan batuknya.
Hingga pada Rabu kemarin, lanjut Putri, korban merasa semakin lemas.