TANGERANG, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kota (Dinkes) Kota Tangerang tidak berencana melakukan visum untuk pemeriksaan lebih lanjut seorang warga Kota Tangerang yang meninggal usai divaksin Covid-19.
Warga yang meninggal usai divaksin CoronaVac itu adalah Joko Susanto (32), warga Kunciran Jaya, Pinang, Kota Tangerang. Dia meninggal pada Rabu (23/6/2021).
"Kayanya kami enggak sampai (visum) ya. Kami lihat aja perjalanan penyakitnya seperti apa, kan bisa keliatan," ungkap Kepala Dinkes Kota Tangerang Liza Puspadewi saat ditemui di kantornya, Kamis (24/6/2021).
Pihaknya, kata Liza, hanya akan mengumpulkan dan mengolah data-data terkait kondisi kesehatan Joko.
Baca juga: Warga Tangerang Meninggal Dunia usai Terima Vaksin Covid-19, Disuntik meski Tensi Tinggi
Dia menyatakan, data terkait kondisi kesehatan Joko dikumpulkan dari hasil skrining yang korban lakukan sebelum disuntik vaksin.
Setelah itu, baru dapat dipastikan apakah korban meninggal karena vaksinasi Covid-19 atau bukan.
Liza berujar, pengolahan data itu akan dilakukan bersama dengan Kelompok Kerja Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Pokja KIPI).
"Kami inventaris dulu data-data. Setelah itu kami bahas sama tim Pokja KIPI. Nanti tim KIPI baru keluar (hasilnya), ini apakah benar-benar pure karena vaksin atau dia coincidence (kebetulan)," urai Liza.
Dia menambahkan, stok vaksin di Kota Tangerang tidak ada satu pun yang sudah kedaluwarsa.
Dinkes Kota Tangerang, kata Liza, selalu menghabiskan vaksin begitu pihaknya menerima stok.
"Dari semua wilayah di Provisi Banten, yang paling cepat ngevaksin itu di Kota Tangerang. Jadi enggak sempat kedaluwarsa," papar dia.
Baca juga: Batasi Kegiatan Masyarakat, Polisi Tutup Dua Jalan di Kota Tangerang Pukul 21.00-04.00
Liza menambahkan, peserta vaksinasi harus jujur saat kesehatannya diperiksa oleh tenaga kesehatan.
Hal tersebut guna mengetahui apakah target vaksin berhak menerima suntikan vaksinasi atau tidak.
"Sebelum divaksin, pasti ada skrining dulu. Nah pas diskrining, kami enggak tahu dia bohong atau tidak. Makanya peserta vaksinasi harus jujur," ujarnya.
Kemudian, perihal Joko yang disebut disuntik vaksin meski tensinya tinggi, Liza mengaku akan memeriksa terlebih dahulu hasil skrining tes kesehatan korban.
Skrining tes itu dapat diakses olehnya melalui aplikasi Primary Care (P-Care).
"Kami tanya dulu sama puskesmas. Kan itu baru katanya, puskesmas juga punya data kan di P-Care," kata Liza.
Istri korban, Putri Rahmawati (31), sebelumnya menyatakan bahwa suaminya meninggal dunia pada Rabu sore.
Pada Selasa (15/6/2021), Joko dan Putri mendapatkan undangan untuk divaksin di Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Tangerang, Banten.
Namun, setibanya mereka di tempat itu, Joko dan Putri tidak jadi menerima vaksin.
"Kita ke sana, ternyata enggak ada jadwal untuk kita. Suami saya dalam keadaan sehat waktu itu, sehat walafiat," papar Putri dalam rekaman suara yang diterima Kompas.com, Kamis.
Saat perjalanan pulang, pasangan suami istri itu melihat pelaksanaan vaksin di salah satu sekolah di Pinang.
Baca juga: Dinkes Tangerang: Stok Tabung Oksigen di Tempat Isolasi Pasien Covid-19 Memadai
Keduanya lantas bertanya kepada RT setempat apakah mereka dapat menerima vaksin di tempat tersebut.
Di lokasi tersebut, Putri mengaku yang menyuntikkan vaksin adalah pihak Puskesmas Kunciran Baru.
"Dibilang sama Pak RT, di situ boleh. Saya ke sana, terus diperiksalah kita, skrining dulu di sana," tutur Putri.
"Ditanyain ada riwayat punya penyakit bawaan atau engga," sambungnya.
Putri mengaku, tensi darah suaminya sekitar 160 saat skrining tes kesehatan, yang dilakukan tepat sebelum menerima vaksin CoronaVac.
Sedangkan, tensi darah dia sekitar 140 saat itu.
"Itu ditensi darah 160 suami saya. Ya sudah saya enggak bicara A, B, atau C ya. Yang berhak tau itu kan mereka, petugas kesehatan mengizinkan atau tidaknya," papar Putri.
"Akhirnya di situ disuntik vaksin suami saya. Saya juga disuntik vaksin," imbuhnya.
Keesokan harinya, menurut Putri, Joko mengalami demam tinggi dan batuk-batuk. Putri lantas membawa Joko ke klinik untuk berobat.
"Diinfus juga suami saya di rumah. Ya sudah saya lakuin semuanya demi sembuh, demi batuknya ilang. Tapi kok batuknya enggak ilang-ilang," ujar dia.
Karena kondisi Joko yang tak kunjung sembuh, Putri membawa suaminya ke puskesmas terdekat.
Di tempat itu, pihak puskesmas berujar bahwa Joko tak perlu mendapatkan perawatan.
Kata Putri, pihak puskesmas juga tidak menyarankan Joko dirawat di RS karena pasti penuh.
"Puskesmas bilang enggak usah dirawat, dirawat di RS juga penuh," sebutnya.
Putri menuturkan, sejak saat itu, Joko tak kunjung sembuh dari demam tinggi dan batuknya.
Hingga pada Rabu kemarin, lanjut Putri, korban merasa semakin lemas. Dia sempat membawa suaminya ke RS di Pinang sekitar pukul 16.00 WIB.
Namun, Joko akhirnya meninggal dunia di RS tersebut.
Menurut Putri, suaminya meninggal karena menerima CoronaVac. Pasalnya, kata dia, Joko tidak menderita penyakit bawaan apa pun selama ini.
"Yang saya sesalin, dari pihak sana kenapa tensi 160 itu divaksin. Harusnya kan kondisi seseorang itu mereka harunya tau ya. Petugas kesehatan tau boleh atau enggak (disuntik vaksin)," urai Putri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.