Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Covid-19 Jadi Momok di Rumah Sendiri, Masihkah Kita Lengah dan Pongah?

Kompas.com - 25/06/2021, 07:32 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kira-kira satu setengah tahun lalu, sebuah video yang memperlihatkan seseorang kolaps di pinggir jalan viral di media sosial. Informasi yang beredar, video itu direkam di China.

Ketika itu, sebuah wabah misterius muncul meneror warga Wuhan di Provinsi Hubei, China. Banyak di antara mereka tiba-tiba terserang penyakit pernapasan akut dan tidak lama kemudian meninggal dunia.

Belakangan diketahui bahwa wabah tersebut disebabkan oleh virus yang menyerupai SARS karena menyerang sistem pernapasan. Ilmuwan menyebutnya virus corona.

Saat itu, awal Januari 2020, kebanyakan warga Indonesia mungkin tidak menyangka bahwa corona akan membawa malapetaka di "rumah sendiri".

Satu setengah tahun berlalu, virus yang awalnya disanksikan oleh banyak orang kini hadir di tengah-tengah kita dan menyerang orang terdekat, bahkan diri sendiri.

Baca juga: Alarm dari RS Wisma Atlet, Pasien Positif Dipulangkan hingga Teror Sirene

Beberapa hari yang lalu saya mendapat kabar bahwa seorang rekan meninggal karena Covid-19 (penyakit yang disebabkan virus corona).

Ia berpulang satu minggu setelah kepergian ibunya, dikarenakan penyakit yang sama.

Tak lama, muncul pesan singkat dari keluarga saya di Palmerah, Jakarta Barat, yang mengabarkan bahwa enam orang anggota keluarga di sana positif Covid-19.

Tiga di antara mereka adalah anak-anak di bawah 10 tahun.

Ini menjadi alarm bagi saya, ibu dari bayi berusia 8 bulan, agar membatasi aktivitas di luar rumah karena virus corona sudah semakin ganas dan menyerang siapapun tanpa pandang usia.

Baca juga: Ribuan Anak Positif Covid-19 di Jakarta Hari Ini, Orangtua Jangan Bandel

Ancaman virus corona varian Delta

Sejak kemunculannya di akhir tahun 2019, virus corona sudah bermutasi menjadi lebih mudah menyebar dan mengakibatkan gejala berat.

Salah satu dari mutasi virus corona adalah varian Delta yang pertama kali muncul di India bulan Oktober lalu.

Di India sendiri, varian ini diyakini berkontribusi pada pandemi gelombang kedua di bulan Mei-Juni yang mencatatkan lebih dari 400.000 kasus baru dan 4.000 kematian per hari.

Varian ini sudah menyebar ke 80 negara, termasuk Indonesia. Di Inggris, varian Delta mendominasi dan ditemukan fakta bahwa transmisinya meningkat di kalangan anak-anak usia 12-20 tahun.

BMJ.com, sebuah situs penyedia informasi kesehatan global, mengungkap temuan Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) tentang 140 klaster penyebaran varian Delta di sekolah-sekolah hingga akhir Mei 2021.

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com