JAKARTA, KOMPAS.com - Penambahan kasus Covid-19 yang luar biasa banyak setiap harinya membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kewalahan dalam mencukupi kebutuhan fasilitas dan tenaga kesehatan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, per 17 Juni 2021, pemprov sudah menambah jumlah rumah sakit rujukan dari 106 menjadi 140.
Namun, itu saja tidak cukup. Peningkatan fasilitas kesehatan perlu ditunjang dengan kehadiran tenaga kesehatan. Hanya saja, menambah jumlah tenaga kesehatan secara cepat bukanlah hal yang mudah.
"Menambah tenda atau tempat tidur memang mudah, tapi menambah tenaga kesehatan tak mudah dan tak bisa secepat penambahan kasus Covid-19 ini," ujar Anies, Kamis (24/6/2021).
Baca juga: Rekor Baru Covid-19 di Jakarta Capai 7.505, Semua Rumah Sakit Diminta Bangun Tenda Darurat
Saat ini, Pemprov DKI sedang gencar membuka pendaftaran untuk tenaga kesehatan, seperti bidan, perawat, hingga dokter spesialis paru, untuk pengendalian Covid-19 di Ibu Kota.
Informasi ini disampaikan melalui akun Instagram Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, @dinkesdki, Kamis kemarin.
View this post on Instagram
Jakarta kembali memecahkan rekor penambahan kasus harian Covid-19 pada Kamis, dengan 7.505 kasus baru. Saat ini, lebih dari 40.000 pasien berstatus positif Covid-19 dan butuh perawatan.
Baca juga: Jakarta Tidak Sedang Baik-baik Saja, Rekor 7.505 Kasus Baru hingga RS di Ambang Kolaps
Dengan keterbatasan jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan yang ada, banyak pasien akhirnya telantar.
Seorang dokter yang bertugas di IGD RS Universitas Indonesia, Rizal (bukan nama sebenarnya), mengatakan telah terjadi lonjakan pasien yang sangat luar biasa dalam dua minggu terakhir.
Akibatnya, banyak pasien harus antre untuk bisa dirawat di rumah sakit. Jumlahnya puluhan.
"Sekarang ada 24 pasien stagnan enggak bisa naik rawat inap, ICU, atau HCU karena full. Jadi, mau enggak mau, ya, di IGD. Kemarin sempat sampai 30 pasien, ada beberapa yang harus nunggu sambil duduk di IGD karena bed IGD terisi semua," ujar dia.
Selain tidak kebagian tempat tidur, ada pula pasien yang tak kebagian sentral oksigen karena semuanya sudah habis terpakai. Akhirnya mereka memakai tabung oksigen.
Baca juga: Saat Covid-19 Jadi Momok di Rumah Sendiri, Masihkah Kita Lengah dan Pongah?
Membeludaknya pasien di RS Universitas Indonesia pada akhirnya menimbulkan efek ganda, yakni kekurangan tenaga kesehatan.
Padahal, jumlah tenaga kesehatan sebelumnya sudah ditambah.
"Dokter sekarang ditambah per shift tiga orang, tapi masih belum ideal. Perawat yang masuk cuma tiga orang, tapi harus pegang sampai 30 pasien. Itu sangat enggak ideal," kata Rizal.
Kondisi ini juga menyebabkan pelayanan tidak optimal. Banyak pasien akhirnya tidak diterapi karena keterbatasan yang ada, ujar Rizal.
Baca juga: Ribuan Anak Positif Covid-19 di Jakarta Hari Ini, Orangtua Jangan Bandel
Hal yang paling mengkhawatirkan adalah penularan Covid-19 di antara tenaga kesehatan karena sistem imun yang menurun akibat kurang istirahat.
Berdasarkan hasil tes yang diadakan di rumah sakit tersebut, banyak pegawai yang terinfeksi virus corona.
"Di RS UI sekarang sedang skrining karyawan. Sudah ada sejumlah orang yang positif," kata Rizal.
"Saya besok jadwal swab. Doakan ya," ujar pria yang sebelumnya sudah pernah terinfeksi virus corona.
(Penulis : Nursita Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.