JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di Indonesia terus melonjak. Jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 bertambah 21.342 orang pada Minggu (27/6/2021). Penambahan itu menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 2.115.304 orang.
Namun, masih saja banyak warga yang abai dengan protokol kesehatan, bahkan ada yang tidak percaya adanya Covid-19.
Winda (30) dan Tommy, dua-duanya warga Jakarta, merupakan orang telah kehilangan ayah mereka setelah terpapar Covid-19. Mereka berharap, tidak ada lagi yang menyepelekan Covid-19, apalagi tidak mempercayainya.
Baca juga: 50 Persen Pasien Covid-19 di Indonesia Punya Komorbid Hipertensi
"Mudah-mudahan enggak ada lagi deh orang-orang yang harus kehilangan bapak, ibu, anak, kakak, adik, dan saudara-saudara lain (karena Covid-19)," ujar Winda (30).
Winda kehilangan ayahnya karena Covid-19 pada akhir Desember tahun lalu. Kesulitan mencari kamar di Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk Covid-19 untuk kedua orangtuanya dia rasakan, seperti yang dialami banyak para penderita Covid-19 saat ini.
"Awal Desember itu, pertama nyokap sakit kan. Itu gejalanya bukan gejala Covid-19, itu benar-benar kaya asam lambung tapi kok parah banget asam lambungnya," kata Winda.
Winda sudah berpindah-pindah rumah sakit untuk merawat inap ibunya. Sudah dua rumah sakit di Jakarta ia datangi tetapi kondisinya penuh.
"Nyokap pilihannya waiting list untuk masuk IGD. Yang pada saat itu ada pasien sudah tiga hari waiting list belum diapa-apain," tambah Winda.
Karena ibunya positif Covid-19, Winda memutuskan agar ayahnya menjalani swab test. Ayahnya kemudian dinyatakan Covid-19.
"Nyokap sudah kritis. Pas masuk sana langsung ke ICU. Bokap itu cuma OTG (Orang Tanpa Gejala)," kata Winda.
Ayah Winda dirawat di ruang rawat isolasi, sementara ibunya di ruang Intensive Care Unit (ICU).
Kondisi kesehatan ibunya berangsur-angsur membaik. Namun, tak demikian dengan ayahnya.
"Kalau bokap terbalik, di hari ke delapan, bokap di rumah sakit, dikabarin kondisi makin drop. saturasi turun, harus masuk ICU cuma disayangkan ICU penuh," kata Winda.
Penuhnya ruang ICU mengharuskan ayahnya untuk menunggu. Di hari kesepuluh, ayahnya masuk High Care Unit (HCU) sambil menyiapkan kamar ICU.
"Ternyata memang sudah umur juga, pas masuk waiting list itu gue dikabarin, segala sesuatu itu lewat telpon dan lewat tenda khusus. Di situ, bokap meninggal," ujar Winda.