JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Covid-19 terus melonjak. Tak hanya menyerang orang dewasa, virus corona varian baru juga banyak menyerang anak-anak, mulai dari bayi hingga anak usia sekolah.
Pada Minggu (27/6/2021) saja, tercatat ada 1.453 anak-anak terkonfirmasi Covid-19 di Jakarta.
Rinciannya, yakni anak usia 0-5 tahun sebanyak, 355 kasus, lalu anak usia 6-18 tahun mencapai 1.098 kasus.
Meningkatnya anak-anak yang terpapar Covid-19 membuat orangtua harus semakin waspada.
Baca juga: UPDATE 27 Juni: 1.453 Anak di Jakarta Terpapar Covid-19
Orangtua diimbau tidak mengajak anaknya beraktivitas keluar rumah guna menghindari penularan.
Namun, bagaimana dampaknya terhadap tumbuh kembang jika anak hanya beraktivitas di rumah saja?
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DKI Jakarta Rini Sekartini mengatakan, hanya berdiam di rumah memang akan berdampak pada tumbuh kembang anak.
"Kalau melihat beberapa studi yang dilakukan itu berdampak, terutama pada perilaku anak. Kecemasan juga meningkat," kata Rini kepada Kompas.com, Senin (28/6/2021).
Baca juga: Dokter Spesialis: Anak di Bawah 2 Tahun Lebih Rentan Terpapar Covid-19
Rini mengatakan, masalah-masalah psikologis tersebut khususnya akan muncul pada anak usia prasekolah dan sekolah.
Sebab, anak di usia tersebut memang sudah seharusnya mengenali lingkungan di luar rumah dan bermain dengan teman sebaya.
"Kalau bayi, tetap ada ibu atau pengganti ibu, enggak masalah, bisa memberikan stimulasi. Namun, anak pra-sekolah dan sekolah yang sudah seharusnya mengenali lingkungan di luar rumah, itu dia akan terkendala," ucap Rini.
"Dia tidak bisa mengenal teman, tidak bisa sosialisasi, ada yang takut ketemu orang luar saking enggak pernah keluar, karena sehari-hari dia di rumah terus," sambung dokter anak di RSIA Bunda Jakarta ini.
Sebagai solusinya, Rini menilai, orangtua harus lebih aktif mengajak anak bermain selama berada di rumah.
Ia menyadari, bermain dengan orang dewasa memang tidak bisa menggantikan pengalaman anak bermain bersama teman sebayanya.
Namun, hal ini setidaknya tetap bisa membantu tumbuh kembang anak.
"Stimulasi sebenarnya bisa diberikan di dalam rumah oleh orangtua, orang dewasa lain, atau kakaknya, tapi sosialisasi dengan teman sebaya yang memang terkendala," kata Rini.
Baca juga: Ketika Anak Positif Covid-19, Seperti Apa Panduan Isolasinya di Rumah?
Ia juga menilai, anak-anak bisa diajak bermain di sekitar lingkungan rumah, tetapi tetap dalam pengawasan orangtua.
Jadi, jika bertemu dengan teman sebayanya, anak-anak tetap bisa saling menyapa tetapi tetap memerhatikan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak.
"Jadi kalau dia di teras ada anak lain yang lewat bisa memperkenalkan. Tidak berdekatan, tidak bersentuhan, hanya diperkenalkan itu ada anak lain. Usianya sama. Dadah-dadah dari jauh. Jangan dikurung dalam rumah saja," kata dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang ini.
Selain bermain di luar rumah, kebutuhan anak untuk bersekolah juga kini terganggu akibat pandemi Covid-19.
Pembelajaran tatap muka yang sudah diuji coba kini kembali dihentikan akibat kasus Covid-19 melonjak. Kini, anak-anak kembali harus menjalani sekolah secara daring.
Dokter Rini mengatakan, memang ada kecendrungan anak-anak kesulitan untuk sekolah daring.
Ini khususnya terjadi pada anak-anak usia pra-sekolah.
"Kalau anak yang sudah pernah bersekolah bisa mengikuti tapi memang enggak penuh. Dari dua jam, mungkin setengah jam pertama dia semangat, yang disukai dia ikut, kalau enggak suka dia kabur," ujar Rini.
"Tapi kalau baru pertama kali agak susah, yang baru mau masuk playgroup, belum punya bayangan seperti apa. Itu yang sulit. Akhirnya mereka jadi tantrum, enggak mau duduk, jangan dipaksakan," katanya.
Baca juga: Vaksin Sinovac Disetujui untuk Anak saat Kasus Covid-19 pada Anak Mulai Naik
Rini menyarankan orangtua tidak memaksakan anaknya mengikuti kegiatan pra-sekolah seperti pendidikan anak usia dini (PAUD) atau taman kanak-kanak (TK) pada masa pandemi ini.
"Namanya pra-sekolah, boleh sekolah boleh enggak," ujarnya.
Untuk anak yang sudah memasuki usia sekolah dasar, ia menilai, harusnya tidak ada kesulitan bagi anak untuk mengikuti sekolah secara daring.
Namun, orangtua memang harus terus mendampingi putra-putrinya selama sekolah daring berlangsung.
"Kalau anak SD bisa mengikuti walau harus didampingi. Ibunya harus belajar lagi. Itu yang cukup sulit buat orangtua di rumah," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.