Namun berbeda dengan pilek, mereka yang memiliki varian Delta bisa menularkan virus ke orang lain terutama yang belum divaksinasi sepenuhnya.
Varian ini pertama kali ditemukan di Inggris dan diperkirakan lebih menular daripada varain sebelumnya.
Namun, belum ada bukti jika virus corona varian Alpha ini memicu gejala yang berbeda daripada virus corona yang pertama kali ditemukan.
Umumnya, gejala yang ditimbulkan varian Alpha adalah batuk, sakit dada, sakit kepala, kehilangan indera perasa dan penciuman, kelelahan, nyeri otot, diare, dan ruam kulit.
Baca juga: Mal Ditutup Selama PPKM Darurat, Asosiasi: Susah Payah Selama Ini Jadi Sia-sia
Situs Halodoc.com mengatakan bahwa virus jenis ini sekitar 30-70 persen lebih mematikan dibandingkan yang lainnya.
Meski begitu, suatu penelitian menunjukkan jika vaksin AstraZeneca memiliki tingkat efektivitas sebesar 70,4 persen melawan gejala COVID-19 dari varian baru ini.
Untuk Pfizer, angkanya mencapai 89,5 persen yang terjadi paling tidak 14 hari setelah penerimaan dosis kedua.
Varian ini pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan dianggap lebih mudah menginfeksi orang-orang berusia muda.
Mutasi dari virus corona jenis ini disebut mampu menghindari sistem kekebalan tubuh seseorang. Gejalanya mirip-mirip dengan gejala Covid-19 secara umum.
Kabar buruknya, varian ini disebut-sebut tidak bekerja dengan baik pada seseorang yang mendapatkan vaksin AstraZeneca, karena hanya memberikan perlindungan 10 persen terhadap gejala ringan hingga sedang.
Baca juga: Catat, 45 Jalan dan Kawasan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi Ditutup Malam Ini
Varian ini berasal dari strain yang sama dengan varain Delta, yakni B.1.617.
Studi awal modelling WHO ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) menduga bahwa varian Kappa bisa berkembang lebih banyak daripada varian lainnya yang muncul di India.
Varian Delta dan varian Kappa mulanya disebut "varian India" sebelum WHO mengubah namanya agar tidak terjadi diskriminasi terhadap suatu negara.
Varian Kappa dan Varian Delta terbukti resisten terhadap antibodi Bamlanivimab yang digunakan untuk pengobatan Covid-19.
Tidak seperti ketiga varian lainnya di atas yang menjadi variants of concern dari WHO, Kappa dikategorikan sebagai variant of interest.
Baca juga: Daftar Terbaru Hotel Isolasi Mandiri di Jakarta Beserta Nomor Telepon yang Bisa Dihubungi
Meski begitu, varian Kappa ini juga memiliki kemampuan yang menular dengan sangat cepat dan berpotensi mematikan.
Gejala yang dialami pasien terpapar varian Kappa adalah ruam di sekujur tubuh dan disertai demam tinggi, batuk, pilek, mata merah dan berair.
(Tribunnews.com, Adya Ninggar P/ Kompas.com, Ariska Puspita Anggraini, Wahyuni Sahara)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.