JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memperingati hari ulang tahun Bhayangkara setiap tanggal 1 Juli 2021. Tahun ini, Bhayangkara genap berusia 75 tahun.
Momen satu kali setahun ini patut digunakan untuk mengapresiasi kinerja para Bhayangkara atau anggota kepolisian yang mengabdi untuk menjaga keamanan dan ketertiban Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Beberapa di antara mereka berjibaku menumpas kriminalitas dengan segenap upaya tanpa takut mengorbankan keselamatan diri sendiri.
Kompas.com merangkum lima cerita heroik dari para Bhayangkara tersebut di sini:
Baca juga: Dokter RSUD Cengkareng: Banyak Pasien Muda dan Nonkomorbid Meninggal akibat Varian Baru Virus Corona
Nada bicaranya khas. Namanya membuat ciut nyali pemuda-pemuda di Jakarta Timur yang akan bertindak kriminal.
Dialah Aipda MP Ambarita yang sehari-hari melakukan kejar-kejaran dengan penjahat. Ia memimpin Raimas Backbone, tim pengurai massa Polres Jakarta Timur.
"(Kami) hanya berfokus pada penjahat-penjahat jalanan, bukan penjahat politik," kata Ambarita kepada Kompas.com.
Sebelum menjadi seperti saat ini, Ambarita pernah gagal tes Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Itu terjadi pada 1995 selepas lulus SMA.
Baca berita selengkapnya di sini.
Baca juga: Polisi Sekat 63 Jalan Masuk ke Jakarta Malam Ini, Berikut Lokasinya...
Komisaris Polisi Vivick Tjangkung (50) menjadi salah satu polisi wanita yang fokus menggeluti pengungkapan kasus kejahatan narkotika.
Banyak kasus narkotika yang telah diungkap oleh perempuan yang kini bertugas sebagai penyidik madya 1 di Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya itu.
Salah satu yang paling fenomenal adalah pengungkapan kasus Zarima Mirafsur, artis peran yang pernah dijuluki Ratu Ekstasi di Indonesia, pada tahun 1996.
Vivick mengatakan, tugasnya itu sangat berisiko karena ia harus melakukan penyamaran.
"Saat itu dibuat tim khusus untuk narkotika, satu-satunya wanita adalah saya. Tugas saya melakukan penyamaran," ujar Vivick saat berbincang dengan Kompas.com, April 2018 lalu.
Baca berita selengkapnya di sini.
Baca juga: PPKM Darurat Dimulai Tengah Malam Ini, Dua Titik di Bekasi Akan Disekat
Selepas menempuh pendidikan tentang evolusi terorisme di Selandia Baru pada 2016, Kompol Malvino Edward Yusticia Sitohang dipercayakan menjabat sebagai Panit Reskrim Polda Metro Jaya.
Satu kasus menjadi sorotan publik yang berhasil ditangani Malvino yakni perampokan dan pembunuhan satu keluarga di Pulomas, Jakarta Timur, tahun 2016.
Satu tahun berselang, Malvino menjadi salah satu perwira di Polres Depok yang turut membantu membongkar peredaran sabu-sabu jaringan Taiwan.
Sebanyak satu ton sabu-sabu disita dalam penangkapan yang dilakukan di Anyer, Banten, pada Juli 2017.
"Alhamdulilah saya masih diberikan kemudahan sama Allah SWT untuk menyelamatkan generasi dari bahaya narkoba," kata Malvino, Kamis kemarin.
Baca berita selengkapnya di sini.
Baca juga: PPKM Darurat di Jakarta Berlaku Mulai 3 Juli, Simak Bedanya dengan PPKM Mikro
Nama Edy Suprayitno sudah sering berlalu lalang di berbagai pemberitaan, tidak hanya di pemberitaan kriminal, tetapi juga infotainment.
Edy merupakan salah satu polisi yang kerap melakukan penindakan terhadap figur publik, khususnya golongan artis.
Penangkapan artis-artis tersebut sebagian besar digelutinya ketika bergabung dalam Tim Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan.
Pada suatu malam, pria kelahiran 10 Agustus 1977 ini kaget karena penangkapan pengedar narkoba sebelumnya menggiring ia dan tim ke rumah salah satu artis idolanya.
"Kaget saya, awalnya tidak tahu. Setelah selesai dan masuk mobil, ada yang bilang kalau itu dia, salah satu idola saya," kenang Edy mengisahkan salah satu kasus yang pernah ia tangani.
Baca berita selengkapnya di sini.
Baca juga: Syarat Naik Pesawat Selama PPKM Darurat
Krishna Murti, seorang perwira tinggi polisi, memiliki sepak terjang yang sangat panjang sebelum dia menjabat sebagai Karomisinter Divhubinter Polri saat ini.
Selama dia menjabat, Krishna pernah menangani berbagai kasus menonjol di Indonesia, di antaranya peristiwa bom Thamrin pada 2016, kasus Mirna "kopi sianida" pada 2017, dan lainnya.
Namun, jauh sebelum itu, kasus yang sempat ia tangani adalah pengamanan bentrokan di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, pada 2002.
Kalijodo sendiri masih menjadi sarang dari praktek perjudian dan juga pelacuran. Perang antar-geng juga kerap terjadi di lokasi tersebut.
Baca juga: Aturan Keluar Masuk Jakarta Selama PPKM Darurat
Hingga puncaknya terjadi pada 22 Januari 2002. Mulanya, dua kelompok bernama Bugis dan Mandar sempat bentrok saat itu.
Menurut Krishna, situasinya amat menegangkan. Krishna yang saat itu masih menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan datang bersama sejumlah pasukannya untuk meredam bentrokan.
Tiba-tiba saja, ada seseorang yang melepaskan timah panas. Krishna lantas mengejar orang tersebut.
Saat orang yang melepaskan tembakan ditemui, diketahui dia adalah Abdul Azis alias Daeng Azis, salah satu orang yang bertindak bak mafia di Kalijodo dan memiliki 200-300 anak buah saat itu.
Baca berita selengkapnya di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.