Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Pasien Covid-19 Melonjak, Relawan Pemulasaraan Jenazah di Depok Kewalahan

Kompas.com - 07/07/2021, 13:11 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di Depok, Jawa Barat, disebut mulai kewalahan belakangan ini.

Penyebabnya tak lain karena jumlah kematian akibat Covid-19 yang melonjak drastis sebulan belakangan, terutama sepekan terakhir ini.

"Kita keteteran juga karena peningkatan jumlah pasien (Covid-19) yang meninggal. Kita kewalahan menangani pemulasaraan jenazah," kata Kepala Bidang Penanggulangan Bencana pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, Denny Romulo, pada Selasa (7/7/2021).

"Kami kewalahan karena saking banyaknya yang terpapar, tingkat kematian tinggi, baik pasien (terkonfirmasi positif) Covid-19 dan suspek Covid-19, sampai peti jenazah pun sulit," ia menambahkan.

Baca juga: Kian Banyak Warga Meninggal karena Covid-19, Depok Krisis Stok Peti Mati

Dihimpun dari data Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, rata-rata harian warga Depok yang meninggal terkonfirmasi positif Covid-19 di Depok kini mencapai 10-11 orang per hari.

Jumlah ini jauh dibandingkan rata-rata harian bulan Juni 2021 (4-5 pasien per hari), Mei 2021 (1-2 pasien per hari), atau bahkan dibandingkan puncak gelombang pertama pada Januari 2021 lalu (5 pasien per hari).

Itu pun merupakan angka kematian pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Kematian riil di lapangan tentu lebih banyak.

Baca juga: Dalam Sebulan Kasus Covid-19 di Depok Sudah 2 Kali Lipat Puncak Gelombang Pertama

Sebab, pemerintah tidak mengumumkan kematian pasien berstatus probabel dan suspek, alias mereka yang bergejala Covid-19 namun meninggal tanpa hasil tes PCR. Pasien suspek dan probabel yang meninggal dunia juga harus dimakamkan dengan protap Covid-19.

Menurut Denny, sepekan belakangan ini ada sekitar 35 jenazah per hari yang harus dimakamkan dengan protap Covid-19, bahkan pernah mencapai 45 jenazah dalam satu hari.

Para petugas pemulasaraan ini akhirnya harus hingga larut malam

"Relawannya juga kan butuh imun. Kami kahwatir relawan ini meangani terus, terus, dan terus, kemudian imunnya turun dan akhirnya ikut terpapar Covid-19," kata Denny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Megapolitan
Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com