Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kewalahan, Penggali Kubur di TPU Selapajang Khusus Covid-19 Minta Batasan Jam Kerja

Kompas.com - 07/07/2021, 20:49 WIB
Muhammad Naufal,
Jessi Carina

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Kepala UPT Tempat Pemakaman Umum (TPU) Selapajang Dedi Yuri meminta pemerintah untuk memberikan batasan jam kerja bagi penggali kubur di pemakaman itu.

TPU Selapajang di Neglasari, Kota Tangerang, diketahui merupakan pemakaman khusus Covid-19 yang dinaungi Pemkot Tangerang.

Dia meminta batasan jam kerja itu lantaran banyak penggali kubur di TPU Selapajang yang bekerja hingga malam hari.

Bahkan, mereka biasa bekerja hingga pukul 23.00 WIB.

Baca juga: Lahan Makam Covid-19 Unit Non-muslim di TPU Tegal Alur Penuh, Mulai Besok Dialihkan ke TPU Rorotan

"Tukang gali itu enggak berhenti-berhenti (kerja), karena dari rumah sakit itu kan enggak berhenti-berhenti (mengirimkan jenazah)," paparnya dalam rekaman suara, Rabu (7/7/2021).

"Mereka (penggali kubur) pinginnya berhenti, tapi dari RS masuk terus, kan kasihan mereka," sambung Yuri.

Jenazah yang biasa mereka makamkan merupakan warga Kota Tangerang yang meninggal di luar kota tersebut, seperti di DKI Jakarta, Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan lainnya.

"Kalau satu kecamatan, mungkin bisa saya layani. Tapi ini ada dari Jakarta, Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang," papar Yuri.

"Tapi itu KTP-nya Kota Tangerang yang meninggal di luar Kota Tangerang," sambungnya.

Baca juga: Ingatkan Perusahaan agar WFH, Wali Kota Tangerang: Kondisinya Kritis

Dia melanjutkan, penggali kubur di tempat itu telah memakamkan sekitar 20 jenazah Covid-19 untuk hari ini saja.

Yuri memperkirakan, pada hari ini, mereka juga bakal bekerja hingga malam hari.

Oleh karena itu, penggali kubur meminta agar upahnya dinaikkan bila mereka terpaksa bekerja secara terus-menerus sampai malam hari.

"Dia (penggali kubur) minta kerjanya enggak sampai malam. Seandainya sampai malam, itu bayarnya lebih," ucapnya.

Selain mengajukan batas jam kerja kepada Pemkot, Yuri mengaku sedang memberitahu kepada pihak RS soal kondisi mereka.

"Saya lagi ngebujuk RS agar tahu waktu gitu. Kami kedodoran, kan kasihan juga tim gali," paparnya.

Dia mengaku, selama ini penggali kubur terkadang mengandalkan uang yang diberikan secara sukarela dari keluarga korban.

Yuri menambahkan, jumlah jenazah yang yang harus dimakamkan sudah berkurang akhir-akhir ini.

"Sekarang turun angkanya dibandingkan kemarin-kemarin," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com