JAKARTA, KOMPAS.com - Lonjakan kasus Covid-19 di bulan Juni hingga Juli atau disebut gelombang kedua Covid-19 telah menekan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari sisi ekonomi maupun psikologis.
Tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup di tengah serangan virus corona, masyarakat juga dituntut berjuang secara mandiri mendapatkan hak-haknya sebagai pasien Covid-19.
Masyarakat harus berjuang untuk mendapatkan tabung oksigen, mencari ambulans untuk membawa pasien ke rumah sakit atau tempat isolasi mandiri, atau sekedar bertahan hidup ketika isolasi mandiri di rumah.
Meski tanda-tanda berakhirnya gelombang kedua Covid-19 belum tampak hingga saat ini, harapan-harapan kecil mulai muncul ditandai dengan aksi solidaritas masyarakat untuk membantu sesama.
Baca juga: Jungkir Balik Bersama demi Memperpanjang Napas Warga Jakarta...
Bantuan masyarakat tidak sekedar melahirkan harapan baru untuk bertahan hidup, melainkan juga merawat asa di tengah badai Covid-19.
Berikut Kompas.com rangkum 6 aksi solidaritas masyarakat untuk membantu sesama di tengah badai gelombang kedua Covid-19.
Warga yang sedang antre mengisi tabung oksigen di CV Rintis Usaha Bersama di Jalan Minangkabau, Setiabudi, Jakarta Selatan tiba-tiba merasa iba setelah melihat seorang wanita menangis.
Wanita bernama Nurdini itu menangis lantaran melihat panjangnya antrean warga untuk mengisi tabung oksigen. Sementara dirinya harus segera mengisi tabung oksigen karena sang ayah sudah mengalami sesak.
“Bapak saya udah parah, lagi sesak, baru lagi merasakan sesak. Kemarin enggak apa-apa. Kirain saya enggak antre, tahunya antre, makanya saya kaget,” ujar Nurdini sambil menangis.
Peristiwa mengharukan itu terjadi pada Minggu (4/7/2021). Mengetahui kondisi ayah Nurdini yang lebih membutuhkan tabung oksigen, warga pun mempersilakan Nurdini untuk mengisi tabung oksigen terlebih dahulu.
Baca juga: Kasus Aktif Covid-19 di Jakarta Tembus 100.000, Ini Pesan Wagub DKI untuk Warga
“Saya dari pagi cari isi ulang oksigen, sudah cari ke mana-mana, tapi habis,” kata Nurdini.
Setelah mengisi tabung oksigen, Nurdini mengucapkan terima kasih kepada para warga yang mempersilakan dirinya menyerobot antrean. Dia pun langsung bergegas pulang menuju rumahnya di kawasan Pisangan, Jakarta Timur.
Dokter Juanli menggagas sebuah gerakan untuk menyediakan tabung oksigen gratis bagi yang membutuhkan di tengah kelangkaan oksigen akibat lonjakan kasus Covid-19.
Baca juga: Usai Disidak Anies, Kantor Equity Life Ditutup Sementara
Gerakan kemanusiaan itu beranggotakan 25 orang yang tersebar di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
Mereka berasal dari kalangan dokter, dokter gigi dan masyarakat awam yang mendedikasikan diri sebagai relawan Gerakan Tabung Oksigen untuk Kemanusiaan ini. Sebenarnya, gerakan ini sudah ada sejak Januari 2021.
Dilansir Kompas.id, pada awal terbentuknya gerakan ini, mereka hanya memiliki 18 tabung. Kemudian berkembang melalui donasi yang disebar melalui pesan berantai WhatsApp.
Kini sudah tersedia 74 tabung oksigen yang siap dipinjamkan untuk mereka yang membutuhkan. Namun, Jaunli sadar bahwa stok tabung oksigen belum cukup untuk membantu mereka yang membutuhkan.
"Kami meminjamkan tabung dalam keadaan penuh selama lima hari. Setelah itu, pemakai kembalikan lagi dalam keadaan penuh juga," kata Juanli, Kamis (1/7/2021) lalu.
Gerakan supply makanan bagi pasien Covid-19 yang sedang isolasi mandiri digagas oleh seorang warga Jakarta Selatan bernama Viny Eriyanto.
Dia memutuskan memulai gerakan kemanusiaan itu lantaran turut prihatin melihat kondisi pasien Covid-19 yang terkadang memiliki keterbatan dana untuk pemulihan fisik dan mental selama isolasi mandiri.
Baca juga: Tiga Ruangan di Kompleks Kantor Wali Kota Jakbar Disiapkan Jadi Tempat Isoman OTG
"Saya lihat semakin ke sini banyak pasien yang mengalami keterbatasan dana. Saya ingin melakukan sesuatu untuk meringankan beban, sehingga masyarakat yang terpapar Covid-19 bisa fokus pada pemulihan fisik dan mental, " ungkap Vyn, sapaan akrabnya, saat dihubungi pada Rabu (7/7/2021).
Vyn memang baru memulai aksi kemanusiannya yakni per Senin (5/7/2021). Saat ini sudah ada daftar 20 orang penerima bantuan makanan yang berdomisili di wilayah Jabodetabek.
"Pasien yang kami bantu rata-rata yang baru terkonfirmasi positif Covid-19. Rata-rata adalah tulang punggung keluarga, anak kost, atau pejuang harian yang tidak bisa mencari nafkah kalau tidak keluar rumah, " jelas Vyn.
Vyn menjelaskan, pasien Covid-19 yang sedang melakukan isoman di rumah di Jabodetabek dan memiliki kendala dana untuk makan diperkenankan mendaftar.
Baca juga: Kisah Warga Pasok Makanan untuk Penderita Covid-19 yang Isolasi Mandiri Selama 10 Hari
Para penerima bantuan akan mendapatkan 2 paket makanan setiap hari selama 10 hari atau selama isolasi mandiri.
Paket makanan akan dikirimkan langsung ke depan rumah dalam sekali pengantaran. Paket makanan tersebut dikirimkan dari sejumlah usaha catering miliki kerabat Vyn di berbagai wilayah.
Sedangkan untuk pasien di luar jangkauan catering, Vyn memilih memesankan makanan melalui aplikasi online untuk mempermudah mobilisasi.
Seorang warga bernama Hartoyo merelakan rumah mewahnya di Jalan MPR I, RT 007/011 Cilandak Barat, Jakarta Selatan, untuk dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Ketua RW 011 Cilandak Barat Panjul Budiono.
Panjul mengatakan, pelaksanaan isolasi pasien Covid-19 di rumah nomor 25c itu sudah memasuki hari ke-12. Sudah ada 22 warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah mewah tersebut.
Baca juga: Rumah Sakit Penuh, 80 Persen Pasien Covid-19 di Bekasi Jalani Isolasi Mandiri
"Itu hanya rumah aja ya. Kemudian saya sebagai RW menyediakan peralatan memasak, kompor dan sebagainya. Kalau mereka membutuhkan alas tidur, kami dapat bantuan dari kelurahan," kata Panjul kepada Kompas.com, Rabu (7/7/2021).
Selama isolasi di rumah tersebut, warga juga mendapatkan fasilitas kesehatan dari puskesmas setempat.
"Kami bekerja sama juga dengan dokter puskesmas. Jadi ada dokter yang mendampingi. Kalau ada apa-apa, mereka bisa menghubungi dokter puskesmas," tutur Panjul.
Gerakan kemanusiaan untuk pasien Covid-19 juga dilakukan oleh pembawa acara Ananda Omesh. Dia rela menyulap salah satu mobil kesayangannya menjadi mobil darurat untuk mengantar pasien Covid-19.
Omesh lebih senang menyebut mobil tersebut sebagai mobil darurat Covid-19, bukan ambulans. Pasalnya, ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk mobil ambulans.
Anggota grup motor The Prediksi ini juga menegaskan bahwa mobil ini hanya bisa digunakan untuk pasien Covid-19 yang bergejala ringan saja.
“Jadi kendaraan darurat ini tidak bisa digunakan oleh pasien kritis, karena kami tidak ada profesional di dalam situ dan harus ada ketentuan standarisasinya,” ucap Omesh.
“Itu hanya bisa bawa pasien dalam kondisi sadar, tidak dalam keadaan kritis dan ditemani keluarga pasien,” tambahnya.
Sang istri, Dian Ayu juga mendukung niat tulus Omesh dengan membantu Omesh mencarikan peralatan kesehatan untuk mobil tersebut.
“Kemarin cari tandu cari ini, terutama istri saya sih. Saya pertama ngomong cek DM kan, istri saya kan ini ada orang ini ini ini, kita ubah mobil yang van ya. ‘Setuju, cepetan kerjain’ semoga apa cepet selesai supaya cepet kepakai mobilnya,” tutur Omesh.
Kisah haru selanjutnya datang dari Wakapolres Metro Jakarta Selatan AKBP Antonius Agus Rahmanto yang menjadi sopir pasien kritis Covid-19.
Baca juga: Seorang Warga Relakan Rumah Mewahnya di Cilandak Barat Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19
Ia berinisiatif untuk mengevakuasi pasien bernama Budi lantaran mobil ambulans tidak kunjung tiba. Padahal, Budi harus segera mendapatkan penanganan karena dalam kondisi kritis.
Agus rela menyusuri gang sempit di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Kamis (24/6/2021) lalu untuk mengevakuasi Budi yang tengah terbaring lemah di rumahnya.
"Saya ini enggak kenal Pak Budi. Pak Budi salah satu warga di kampung di Jagakarsa. Di situ hampir separuhnya (terpapar Covid-19)," ujar Agus.
Dalam video yang diterima Kompas.com, terlihat Budi yang masih menggunakan sarung dievakuasi dengan cara digotong.
Baca juga: Kisah Haru Wakapolres Jakarta Selatan, Menangis karena Gagal Selamatkan Pasien Kritis Covid-19
Agus, bersama tiga orang lain, mengevakuasi Budi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu menggunakan sebuah mobil Kijang milik warga.
"Saya bawa pakai mobil milik warga yang peduli. Ini kami bukan medis, kami hanya (pakai) hati nurani. Ini tanggung jawab kita semua," ujar Agus.
Namun, takdir berkata lain. Nyawa Budi tak tertolong Setibanya di RSUD Pasar Minggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.