Selama 2 pekan ini, tiada yang dapat mengonfirmasi bahwa AA dan ibunda Edwin positif Covid-19, meski semua menduganya demikian.
Dugaan kian kuat ketika mereka berdua mulai menampakkan gejala gangguan pernapasan. Mereka, khususnya AA, mulai batuk-batuk.
Lantaran tak memperoleh suplai obat, Edwin dan keluarga terpaksa menggunakan obat-obat warung yang biasa dipakai menyembuhkan batuk, guna diminum oleh ibunya dan AA.
Baca juga: Isolasi Mandiri Tanpa Lapor Satgas, Seorang Warga Meninggal Dunia di Bekasi
Intensitas batuk yang diidap AA semakin parah, hingga disebut mencapai puncaknya pada semalam, Kamis (8/7/2021). Edwin menambahkan, AA juga mulai enggan makan.
"Dan, ya, tadi pagi kami lihat sudah tidak ada..." ucapnya.
Edwin bukan hanya berduka oleh kepergian adiknya lantaran telantar begitu rupa. Ia juga dilanda kebingungan.
Adiknya adalah pasien yang diduga kuat telah terpapar Covid-19. Ia tahu bahwa AA semestinya dimakamkan dengan protap khusus. Ia tentu tak bisa melakukannya seorang diri.
"Di sini tidak ada Kampung Siaga Covid-19, saya sudah tanya sama Pak RT. Tidak ada. Jadi tidak ada apa-apa," kata Edwin.
AA ditemukan meninggal dunia sekitar pukul 06.00 pagi. Selama 5 jam lebih, jasadnya hanya dibaringkan begitu saja dengan tikar dan kasur sebagai lapiknya.
Tubuh kaku itu cuma diselimuti oleh sarung bermotif batik dan wajahnya diselubungi kain tipis warna putih.
"Sampai sekarang, kondisi jenazah di depan saya belum tersentuh air sama sekali. Masih pakai pampers," ujar Edwin.
"Warga sini juga maunya sih, ya sudah, dimakamkan seperti biasa. Cuma kan kita ngikutin aturan pemerintah, harus melalui prosedur ini dan itu, itu saja," lanjutnya.
Kolapsnya fasilitas kesehatan akibat tsunami kasus Covid-19 jadi gejala umum di Jabodetabek. Di Depok, antrean pasien menuju IGD rumah sakit sudah dilaporkan terjadi sejak dua pekan terakhir.
Bukan hanya rumah sakit yang kolaps. Puskesmas sebagai ujung tombak pun sudah keteteran. Selain harus berhadapan dengan melonjaknya jumlah warga yang harus dipantau saat isolasi mandiri, mereka juga memanggul beban kerja lain yang tak kalah krusial.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita pada 24 Juni 2021 lalu mengemukakan bahwa untuk menangani Covid-19 saja, petugas puskesmas harus melakukan swab antigen dan PCR, pelacakan kontak, mengurusi vaksinasi yang sedang digencarkan, serta mencarikan rumah sakit rujukan bagi warga yang bergejala berat, padahal rumah sakit sedang penuh di mana-mana.
Baca juga: Jakarta Menuju 100.000 Kasus Aktif Covid-19: RS Kolaps, Oksigen Menipis, Kematian Meningkat