Pasien Bergejala di RS Wisma Atlet Bertambah, Jadi 6.071

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pasien bergejala yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Jakarta mengalami penambahan.

Data Sabtu (10/7/2021), pukul 08.00 WIB, jumlah pasien bergejala ringan hingga berat yang dirawat mencapai 6.071 orang. Jumlah itu bertambah ketimbang data pada Kamis kemarin.

"Jumlahnya bertambah 69 orang. Semula 6.002," kata Kepala Penerangan Kogabwilhan I Kolonel Marinir Aris Mudian, Jumat.

Baca juga: 100.000 Kasus Aktif Covid-19 di Jakarta, RS Wisma Atlet Hanya Rawat Pasien Gejala Sedang dan Berat

Seluruh pasien bergejala itu dirawat di tower 4,5,6 dan 7 Wisma Atlet Kemayoran.

Sementara itu, pasien tanpa gejala yang menjalani isolasi di Tower 8 Wisma Atlet Pademangan mengalami penurunan. Semula ada 761 pasien yang dirawat di tower itu, namun jumlahnya kini menjadi 569.

"Berkurang 192 pasien dibandingkan kemarin," kata Aris.

Baca juga: 26 Pasien Covid-19 di RS Wisma Atlet Kemayoran Meninggal dalam Sehari

Adapun pasien meninggal dunia di RS Kemayoran kembali bertambah 18 orang dalam 24 jam terakhir. Data Kamis kemarin, ada 307 pasien yang meninggal dunia sejak awal pandemi.

Namun data hari ini, jumlahnya bertambah menjadi 325 orang.

Banyak pasien gejala berat

Humas RS Wisma Atlet Kemayoran Kolonel Mintoro Sumego MS mengakui ada kenaikan jumlah pasien meninggal dalam beberapa waktu terakhir.

Ini karena RS Wisma Atlet tak hanya menerima pasien gejala ringan dan sedang, namun juga gejala berat.

"Jumlah pasien yang gejala beratnya meningkat, otomatis kematiannya jadi lebih tinggi," kata Mintoro kepada Kompas.com, Jumat (9/7/2021) kemarin.

Menurut Mintoro, kondisi ini sudah terjadi sejak adanya lonjakan kasus Covid-19 di Jakarta dan sekitarnya . Penuhnya rumah sakit rujukan Covid-19 membuat RS Wisma Atlet harus ikut merawat pasien gejala berat.

Padahal, sejak awal RS Wisma Atlet didesain untuk menampung pasien gejala ringan dan sedang.

Meski demikian, Mintoro memastikan pasien yang meninggal itu karena kondisinya yang sudah kritis. Bukan karena masalah fasilitas seperti ketersediaan oksigen dan lainnya.

"Oksigen sejauh ini aman," kata Mintoro.