Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Gunung Es Covid-19 di Jakarta, 4,7 Juta Warga Terpapar Covid-19, Hanya 8,1 Persen Terungkap

Kompas.com - 10/07/2021, 18:38 WIB
Rindi Nuris Velarosdela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengungkapkan, kondisi Covid-19 di Ibu Kota layaknya fenomena gunung es. Pasalnya, kasus Covid-19 yang terungkap hanya puncaknya saja.

Padahal DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah testing terbanyak di Indonesia.

"Kita kenal dengan namanya fenomena gunung es kalau ini gunung, yang keliatan cuma atasnya doang, kasus Covid-19 yang di bawahnya ini nggak keliatan," kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, Minggu (4/7/2021).

Ngabila bahkan memprediksi bahwa estimasi kasus Covid-19 di Ibu Kota empat kali lebih besar dibanding angka kasus yang terkonfirmasi dan terungkap ke publik.

Baca juga: Dinkes DKI: Estimasi Covid-19 di Jakarta 4 Kali Lebih Banyak Dibanding Kasus Terkonfirmasi

"Di DKI walaupun baru 500.000-an kasus (terkonfirmasi), sebenarnya estimasinya itu sudah sekitar 2 juta atau 3 juta kasus, artinya sudah 20-30 persen penduduk," ujar Ngabila.

4,7 Juta Warga Jakarta Pernah Terpapar Covid-19

Pernyataan Ngabila itu juga diperkuat dengan paparan data dari riset Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) bersama Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia yang menyimpulkan separuh penduduk di DKI Jakarta pernah terpapar Covid-19.

"Hasilnya bisa dilihat bahwa separuh penduduk DKI Jakarta sudah pernah terpapar Covid-19," kata Epidemiolog FKM UI Pandu Riono saat mempresentasikan hasil survei secara virtual, Sabtu (10/7/2021).

Riset berupa serosurvei itu berbasis populasi dengan metode stratified multistage sampling design. Pengambilan data dan spesimennya dilakukan dari 15-31 Maret 2021.

Jumlah sampel sebanyak 4.919 orang usia 1 tahun lebih, tersebar di 100 kelurahan di 6 kota/kabupaten di DKI Jakarta. Deteksi antibodi Sars-Cov-2 menggunakan tes Tetracore-Lumimex.

Berdasarkan riset serosurvei itu, FKM UI memprediksi ada 91 persen kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi. Kemudian, ada 44,5 persen penduduk DKI Jakarta yang pernah terpapar Covid-19 sampai 31 Maret 2021 lalu.

Baca juga: Hasil Riset UI: Separuh Penduduk Jakarta Pernah Positif Covid-19

 

Artinya, apabila merujuk pada total penduduk DKI Jakarta yakni 10.600.000, maka ada 4.717.000 orang yang pernah terinfeksi.

Jakarta Pusat menjadi wilayah yang warganya paling banyak terpapar Covid-19 (53,7 persen), disusul Jakarta Barat (45,4 persen), Jakarta Utara (44,5 persen).

Kemudian, disusul Jakarta Selatan (44,4 persen), Jakarta Timur (40,9 persen), serta Kepulauan Seribu (39,3 persen).

Sementara itu, kasus Covid-19 yang terdeteksi sampai 31 Maret berdasarkan data Dinkes hanya 382.055.

Baca juga: Riset UI: Penduduk di Wilayah Kumuh Lebih Banyak Terpapar Covid-19

"Artinya kasus yang terdeteksi hanya 8,1 persen. Sisanya 91,9 persen tidak terdeteksi," kata Pandu.

Pandu menjelaskan ada sejumlah faktor yang menyebabkan banyaknya kasus Covid-19 di Jakarta tak terdeteksi. Salah satu faktor utamanya adalah banyak orang terpapar Covid-19 dan tidak menunjukkan gejala apapun.

"Walau testing DKI tinggi itu belum banyak bisa mendeteksi karena memang sebagian besar tidak bergejala. Kalau dia tidak bergejala kan tidak dites, bahkan mungkin banyak yang bergejala juga tidak berobat," kata Pandu.

Wilayah Kumuh di Jakarta Lebih Banyak Terpapar Covid-19

Selain tingginya kasus Covid-19 yang tak terdeteksi, FKM UI juga menyimpulkan bahwa warga Jakarta yang tinggal di permukiman kumuh lebih banyak terpapar Covid-19.

"Hasilnya proporsi penduduk yang pernah terinfeksi Covid-19 di wilayah kumuh lebih tinggi," kata Pandu.

Hasil survei itu menunjukkan, dari seluruh sampel warga yang tinggal di wilayah kumuh, 48,4 persennya pernah positif Covid-19.

Sementara warga yang tidak tinggal di wilayah kumuh dan terpapar Covid-19 jumlahnya sebesar 37,5 persen.

Baca juga: Riset FKM UI: 91 Persen Kasus Covid-19 di Jakarta Tak Terdeteksi

 

Pandu memprediksi bahwa tingginya kasus Covid-19 di wilayah kumuh disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan hingga sulitnya melakukan isolasi mandiri.

Anies Serahkan Hasil Survei ke Pemerintah Pusat

Menanggapi hasil riset tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku sudah menyerahkannya ke pemerintah pusat.

Anies menyerahkan langsung hasil riset itu kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin serta Ketua Pelaksana Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Luhut Binsar Panjaitan.

"Hasil ini sudah saya teruskan kepada Menkes, saya teruskan juga kepada ketua pelaksanaan PPKM darurat, untuk bisa menjadi bahan bagi mereka dalam melihat perspektif nasional," kata Anies.

Baca juga: Anies Serahkan Hasil Riset soal Pandemi Covid-19 Jakarta ke Luhut

Anies juga berharap hasil riset tersebut bisa menjadi acuan pengambilan kebijakan untuk wilaya DKI Jakarta.

"Yang perlu digarisbawahi dari hasil survei ini dijadikan feedback untuk pengambilan keputusan dan penyusunan strategi ke depan," katanya.

Untuk di Jakarta sendiri, Anies menyatakan akan terus menggenjot vaksinasi untuk menciptakan kekebalan komunal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com