Warga yang menjalani isolasi mandiri dan tiba-tiba mengalami perburukan dan butuh rujukan ke rumah sakit kesulitan untuk mendapatkan layanan ambulans.
”Ada warga yang sampai sesak napas, kami angkut pakai becak. Susah akses ambulans. Saya coba telepon ke rumah sakit supaya dapat ruang di ICU (tapi belum dapat juga) sampai akhirnya meninggal dunia,” kata Ketua RW 019 Kelurahan Tugu Utara, Ricardo Hutahean.
Di RW Ricardo, sudah tiga orang yang meninggal saat isolasi mandiri. Mereka meninggal akibat terjadi perburukan tiba-tiba karena terlambat atau sama sekali tak mendapat pertolongan medis.
Baca juga: Pemerintah Dinilai Salah Fatal jika Tak Perpanjang PPKM Darurat
Tak sedikit dari warga yang menjalani isolasi mandiri juga butuh bantuan pernapasan dari tabung oksigen.
Upaya menolong warga yang menderita sesak napas dengan bantuan tabung oksigen ini juga tak mudah dilakukan.
Eny dalam minggu ini mencoba membantu warga yang membutuhkan oksigen setelah berhasil mendapatkan pinjaman tabung dari aktivis kemanusiaan, Sandiyawan Sumardi. Namun, untuk mengisi oksigen pun sangat sulit.
”Kami sudah dapat link dari mana-mana. Tapi saat coba dilacak oleh keluarga, tidak ada, semua kosong. Lalu, ketika dapat oksigen, antrenya seharian. Bisa dibayangkan, orang dalam keadaan sesak napas menunggu oksigen sampai seharian, padahal hitungan menit saja sudah megap-megap,” kata Eny.
Di wilayah padat penduduk Penjaringan, satu tabung oksigen yang didapatkan dari Sandiyawan digunakan bergilir oleh warga setempat.
Baca juga: Evaluasi Sepekan PPKM Darurat, Polisi Sebut Mobilitas Masyarakat Jakarta Justru Meningkat
Jelas saja, satu tabung itu sama sekali tak cukup untuk melayani kebutuhan orang-orang yang menderita sesak napas.
Saat satu warga masih menggunakan tabung itu, warga lain juga mengiba mendapatkan giliran karena mengalami sesak napas. ”Sementara banyak yang teriak, butuh tabung,” katanya.
Dari berbagai kejadian yang terjadi pada warga di kampung-kampung Jakarta itu, JRMK berharap kepada pemerintah untuk tak sekadar mengutamakan sosialisasi dan penegakan hukum PPKM darurat.
Warga miskin kini membutuhkan solusi konkret dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ekonomi, sosial, dan persoalan kesehatan yang mendera warga.
”Orang sehat itu karena makan. Kita diminta tidak ke mana-mana untuk memutus mata rantai penularan. Tetapi, kebutuhan kita tidak dipenuhi. Jadi mesti imbang, yang sakit ditolong, yang sehat juga ditolong,” ucap Eny lagi.
(Penulis: Stefanus Ato | Editor: Neli Triana)
Artikel di atas telah tayang di Kompas.id dengan judul "Warga Miskin Ibu Kota Bertahan dengan Secuil Asa dan Sedikit Nafkah".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.