JAKARTA, KOMPAS.com - Varian baru virus corona yakni varian B.1.617.2 atau varian Delta telah mendominasi hampir 100 persen kasus Covid-19 di DKI Jakarta.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marives) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, 90 persen penularan Covid-19 di DKI Jakarta disebabkan oleh varian Delta.
"Jadi data yang kami dapat 90 persen (penularan) di Jakarta itu sudah varian delta. Jadi varian delta 90 persen di kota (Jakarta)," ujar Luhut dalam konferensi pers secara daring pada Senin (5/7/2021) malam.
Pernyataan Luhut semakin diperkuat dengan temuan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. Hingga Minggu (11/7/2021), Badan Litbangkes Kemenkes RI mencatat, total ada 615 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 varian Delta.
Temuan itu diketahui telah tersebar di 13 provinsi, di mana DKI Jakarta menjadi provinsi dengan sebaran terbesar, yakni 264 kasus.
Kemenkes menyebutkan, varian Delta ini enam kali lebih menular daripada varian Alpha B.1.1.7 asal Inggris.
Pemprov DKI kemudian merilis klasifikasi gejala yang umumnya disebabkan oleh varian Delta.
Gejala-gejala yang biasanya diderita yakni, demam, mual dan muntah, flu parah, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, diare dan sakit perut, nyeri sendi, dan hilang selera makan.
Bagaimana awal mula temuan Covid-19 varian Delta di DKI Jakarta?
3 Mei 2021
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan bahwa tiga varian virus corona dari luar negeri kini telah masuk di Indonesia.
Tiga varian itu adalah varian B.1.1.7 atau varian Alpha yang pertama kali ditemukan Inggris, varian mutasi ganda B.1.617 atau varian Delta yang awalnya dari India, serta B.1.351 atau varian Beta yang pertama ditemukan di Afrika Selatan.
Baca juga: Separah Apa Kondisi Covid-19 di Jakarta? Pasien 10 Kali Lebih Banyak dari Kapasitas RS