Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Akses Layanan Kesehatan Selama Pandemi Covid-19 di Salah Satu Daerah Kumuh di Jakarta

Kompas.com - 16/07/2021, 20:30 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - "Ada obat kan? Suruh minum obat. Udah ada perubahan?" tanya Ketua RT 007 RW 005 Jatinegara Minem, saat mendistribusikan makanan kepada salah satu warga yang isolasi mandiri di rumah petak.

"Udah sih. Udah enggak demam," jawab warga tersebut.

"Udah enggak demam? Ya udah makan yang banyak deh," ucap Minem sambil pamit.

Demikian cuplikan video memperlihatkan aktivitas pengurus RT yang melayani warganya di salah satu daerah kumuh di Jakarta Timur, yakni RW 005 Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung.

Baca juga: Antara Ambisi Megaproyek Anies dan Nasib Miris Warga Miskin yang Tak Kunjung Terima Bansos

Untuk diketahui, RW 005 Jatinegara menjadi salah satu dari 76 RW kumuh di DKI Jakarta. Sebanyak 76 RW itu ditata dengan konsep community action plan (CAP) pada 2020, kemudian satu tahun berikutnya akan ditata dengan program collaborative implementation plan (CIP) oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Permukimannya menyandang status sebagai daerah kumuh membuat warga-warga RW 005 Jatinegara merasa tak nyaman.

Belum selesai dengan urusan "gelar" RW kumuh tersebut, RW 005 Jatinegara kini menghadapi masalah baru, yakni pandemi Covid-19.

Ketua RW 005 Ahmad Saihu, pada 5 November 2020 lalu, mengatakan bahwa pandemi membuat program CAP tertunda.

Baca juga: Riset: Penduduk di Wilayah Kumuh Lebih Banyak Terpapar Covid-19

Namun, kini masalah yang dihadapi lebih dari itu, yakni akses layanan kesehatan warga selama pandemi.

Sekretaris RW 005 Asit Faizal mengatakan, banyak warganya tidak mendapatkan fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya saat terpapar Covid-19.

Asit prihatin melihat warganya terkonfirmasi positif dan harus isolasi mandiri di rumah karena rumah sakit sudah tidak mampu menampung.

"Terpaksa mereka isoman, sedangkan rumah atau kontrakan hanya berukuran 3x3 meter, dihuni empat anggota keluarga. Mereka juga kesulitan untuk mencari tempat isoman karena faktor keuangan," kata Asit kepada Kompas.com, Jumat (16/7/2021).

Baca juga: Obat Gratis Pasien Isoman, Tingginya Angka Kematian, dan Kepadatan RS Covid-19

Asit mengatakan, Satgas Covid-19 tingkat RT/RW kerap berkoordinasi dengan puskesmas kelurahan untuk mencari solusi. Namun, lagi-lagi puskesmas tidak ada solusi untuk tempat isoman.

"Yang bisa dilakukan oleh pihak puskesmas adalah hanya memantau via telepon perihal perkembangan kesehatan mereka," lanjut Asit.

Pernah ada salah satu warga menjalani isoman di rumah dan membutuhkan oksigen. Hal itu dialami oleh Siti Mulyati, warga RT 007.

"Dia sesak napas. Kami bawa ke RS, semua penuh, terpaksa isoman. Bahkan tabung oksigen aja kami gantian. Cuma kalau slang ventilator ada masing-masing," kata Asit menceritakan.

"Kami pinjam (tabung oksigen) ke puskesmas juga nggak ada," lanjutnya.

Namun, kondisi Siti kini berangsur membaik.

"Alhamdulillah, sudah mendingan tapi masih dalam pengawasan tim satgas," terang Asit.

Baca juga: Patungan Rakyat Bahu-membahu Selamatkan Nyawa Warga Miskin Kota yang Makin Terpinggirkan

Asit mengatakan, pihaknya memberikan makanan gratis tiga kali sehari bagi warga RW 005 yang isoman di rumah.

Biaya makan itu swadaya masyarakat. Sebab, bantuan makanan dari Dinas Sosial tak rutin.

"Sampai sekarang baru bantuan dari Dinsos aja, itupun harus waiting list. Tiga hari lalu dapat bantuan dari Dinsos," kata Asit.

Asit mengatakan, kini ada 12 warga RW 005 yang menjalani isoman di kediaman masing-masing.

Ia berharap, bantuan makanan, obat-obatan, vitamin hingga fasilitas kesehatan mengalir ke warga-warga yang sedang isoman.

"Kami kesulitan. Kami dapat dari puskesmas itu cuma kadang-kadang dan tertentu saja, tidak semua yang isoman dapat vitamin," kata Asit.

"Kami alternatif kadang-kadang pakai air kelapa," lanjutnya.

Asit berharap, Pemprov DKI bisa mencari tempat alternatif untuk warga isoman yang tinggal di kawasan kumuh, misalnya dengan memfungsikan gedung-gedung sekolah yang saat ini belum digunakan.

"Akibat dampak PPKM darurat sekarang ini, masyarakat di kawasan RW kumuh sangat-sangat membutuhkan bantuan sembako untuk mereka bertahan hidup," kata Asit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com