Dia pun akhirnya melaporkan apa yang dialaminya kepada pihak Pemprov DKI Jakarta dan meminta pertanggungjawaban perlindungan untuk dia dan keluarganya.
Sebab, P merasa bahwa tindakannya melaporkan pelanggaran protokol kesehatan sudah tepat. Dia khawatir warga yang berkumpul di pos tersebut justru ikut terpapar Covid-19.
"Dari Pemprov udah ngehubungin saya, buat menindaklanjuti kasus ini. Sekarang yang penting dan saya pikirin tuh biar enggak ada intimidasi atau omongan-omongan mereka lagi. Padahal saya kasih tau yang bener," ungkap P.
Warga matraman itu berharap agar Pemprov DKI Jakarta meningkatkan koordinasi dan membina petugas di lapangan. Khususnya, dalam hal menindaklanjuti aduan pelanggaran dan menjamin keamanan pelapor.
Baca juga: Saat Keputusan Jokowi untuk Revisi Statuta UI Jadi Blunder
Seorang warga Jabodetabek, AB, mengaku dikucilkan warga di lingkungannya usai melaporkan pelanggaran prokes yang terjadi.
Kejadian bermula ketika anggota keluarga AB melaporkan pelanggaran prokes di sebuah mushola di depan rumahnya dengan mengunggah foto pelanggaran di media sosial dan menandai akun Walikota.
"Sudah lama, anak-anak kompleks ini sering banget berkerumun tanpa masker. Entah di depan rumah, di jalanan, di pos RT, atau di mushola. Lelah menegur, akhirnya minggu lalu kami unggah salah satu kejadian melalui sosial media pribadi dengan menandai akun Walikota," kata AB, Rabu (21/7/2021).
Ia mengaku sudah mengadukan kejadian pelanggaran prokes tersebut ke pihak RT dan Satgas setempat. Namun, tidak ada tindak lanjut yang berarti.
Baca juga: Rektor UI Trending gara-gara Diolok-olok Warganet di Twitter, Apa Persoalannya?
Tidak lama, unggahan tersebut mendapatkan respons dari pemerintah. Lurah dan sejumlah perangkat lingkungan mendatangi kediaman AB.
"Sayangnya, diskusi tidak berjalan menyenangkan di awal. Saya menangkap, justru keluarga kami disalahkan karena melaporkan ke media sosial dan menandai akun Walikota. Lurah bilang seharusnya melaporkan lewat RT dan RW terlebih dahulu," kenang AB.
Meski demikian, diskusi kemudian berhasil didinginkan dan berakhir dengan saling paham antara pihak kelurahan dengan keluarganya.
Permasalahan nyatanya tidak berakhir di situ. AB menceritakan, di sebuah grup Whatsapp warga, seorang tokoh masyarakat membahas kejadian tersebut dan memprovokasi warga lain.
Menurut AB, oknum tersebut berkata bahwa "Orang ini mempermalukan lingkungan sendiri, perlu dikucilkan hukum sosial". AB menunjukan obrolan grup tersebut.
Baca juga: Usai Heboh Rektor UI Rangkap Jabatan, Presiden Ubah Aturan
Sempat terjadi keributan antara keluarga AB dan sang tokoh masyaraka. Namun, kejadian ini kembali berakhir damai. Sayangnya, sikap mengucilkan dari warga belum berakhir di situ.
Keesokannya, AB mendengar istri dari tokoh masyarakat dengan sengaja mengajak warga lain untuk mengucilkan keluarga AB.
"Dikucilin aja, enggak usah dibagi daging kurban, air di rumahnya dicabut aja. Lagian memang kenapa sih dilaporin, anak-anak ngumpul juga cuma main biasa, kecuali kalau narkoba baru dilaporin," kata AB menirukan perkataan orang tersebut.
Hingga berita ini disusun, AB sedang berusaha menyelesaikan masalah antara keluarganya dan keluarga tokoh masyarakat tersebut dengan membuat perjanjian tertulis.
AB berharap pengalamannya dapat dijadikan pembelajaran oleh semua pihak. Bahwa, melanggar protokol kesehatan merupakan perilaku yang dapat membahayakan banyak orang sehingga patut untuk ditindak.
(Penulis : Tria Sutrisna, Mita Amalia Hapsari /Editor : Sabrina Asril, Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.