TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Satpol PP Tangerang Selatan (Tangsel) mengakui bahwa tindakan petugasnya yang mengancam seorang pemilik angkringan di Pamulang, Tangsel, tidak tepat untuk dilakukan.
Aksi Satpol PP Tangsel yang mengancam serta membentak pemilik angkringan di Pamulang terjadi pada Minggu (18/7/2021).
"Sekarang ini begini yang terjadi, tindakan yang tidak humanis itu bukan tindakan yang tepat," ungkap Kasi Penyidikan dan Penyelidikan Satpol PP Tangsel Muksin melalui sambungan telepon, Rabu (21/7/2021).
Oleh karenanya, Muksin menyayangkan tindakan yang dilakukan petugas bersangkutan.
Dia tak memungkiri bahwa anggota Satpol PP kerap terpancing emosi saat bekerja di lapangan.
Hal itu, kata Muksin, menjadi salah satu penyebab human error.
"Saya dan tim, sering kali dihadapkan dengan pancingan-pancingan emosi, kalau kita tidak sabar menahan emosi, yang terjadi adalah human error tadi," kata Muksin.
Baca juga: Soal Satpol PP Bentak Pemilik Angkringan di Pamulang, LPSK Imbau Walkot Tangsel Evaluasi Petugasnya
Di satu sisi, Muksin mengeklaim bahwa pihaknya telah melakukan beberapa pendekatan humanis selama penertiban.
"Jangan sampai lima juta tindakan humanis Satpol PP itu dikalahkan oleh tindakan yang tidak humanis tadi," ucap Muksin.
Cerita pemilik lapak angkringan
Pemilik lapak angkringan, Shofwan (24), sebelumnya mengungkapkan bahwa kejadian ini bermula ketika seorang pelanggan mendatangi angkringan tersebut dan hendak membeli makanan untuk dibawa pulang pada Minggu (18/7/2021) pukul 20.45 WIB.
Pada saat yang bersamaan, sejumlah personel gabungan melakukan patroli dan hendak menutup lapak Shofwan.
Ketika melakukan penutupan, salah seorang petugas Satpol PP Tangsel yang mengenakan baju berwarna oranye membentak-bentak rekan kerja Shofwan, Hamidatur Rhosyadi (24).
Baca juga: Satpol PP Ancam Pemilik Angkringan di Pamulang: Kronologi hingga Abaikan Instruksi Presiden
Hamidatur mengaku tidak terlalu hafal bentakan yang diutarakan oleh petugas Satpol PP itu.
Mengetahui rekannya dibentak petugas, Shofwan berargumen bahwa lapaknya tidak menerima pelanggan yang makan di tempat.