DEPOK, KOMPAS.com - Dugaan pungutan sebesar Rp 50.000 yang dilakukan pengurus lingkungan di Kelurahan Beji Depok kepada warga yang mengambil bantuan sosial tunai (BST) tengah diselidiki Kepolisian.
Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Metro Depok mengklaim sudah mengambil keterangan dari beberapa pihak.
"Sementara masih dalam penyelidikan. Kita ambil keterangan dari warga," kata Kasatreskrim Polres Metro Depok Yogen Heroes Baruno kepada wartawan, Jumat (30/7/2021).
Ia melanjutkan, polisi belum dapat memastikan apakah ada unsur pidana dalam insiden ini. Polisi juga belum menetapkan tersangka.
Baca juga: Pakai Sertifikat Vaksin Covid-19 Palsu Ancamannya Penjara, Simak Aturannya
"Sudah dilakukan pengambilan keterangan dari beberapa warga dan ketua RW. Sementara yang lain masih proses," sebut Yogen.
"Semua masih dalam proses. Nanti pasti akan kami informasikan kembali perkembangannya," ujarnya.
Kasus dugaan pungutan BST dilaporkan seorang warganet yang mengaku tinggal di RW 05, Kelurahan Beji.
Belakangan, Kuseri, Ketua RW 05, menyampaikan klarifikasi bahwa pungutan itu bersifat sukarela dan diperuntukkan bagi ambulans warga yang saat ini turun mesin.
"Jadi, bukan pemotongan, apalagi untuk bensin yang tidak seberapa. Ini untuk donasi operasional ambulans kita yang turun mesin," kata Kuseri, kemarin.
Baca juga: Insiden Pungutan Bansos Tunai di Depok, Penyaluran Diduga Tidak Door To Door
Ia merinci, beberapa suku cadang yang mesti diganti, mulai dari as kruk, seher, mounting mesin, aki, dan sederet suku cadang lain.
Total, RW 05 memperoleh Rp 11,5 juta dari 231 keluarga yang mendapatkan BST.
Namun, karena kasus ini jadi sorotan, Kuseri memutuskan untuk mengembalikan semua uang itu kepada masing-masing keluarga.
Salah satu warga, Mahadi, mengaku sebetulnya tak berkeberatan dengan donasi yang ia berikan sebesar Rp 50.000.
Pengurus lingkungan disebut tidak mematok besaran donasi yang harus diberikan oleh warga.
"Semalamnya, Pak RT sudah bilang, ambulans kita rusak dan ini tidak ada unsur paksaan. Setahu saya ambulans memang rusak. Kita memberi Rp 50.000 juga sudah ikhlas. Memang kegunaannya untuk warga juga," ujar Mahadi dalam rekaman video yang diterima Kompas.com, kemarin.