Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donor ASI Bermunculan Saat Banyak Ibu Meninggal karena Covid-19, Ini Pro dan Kontranya

Kompas.com - 02/08/2021, 15:05 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak jiwa. Penyakit sistem pernapasan yang disebabkan virus corona ini tidak pandang bulu, masyarakat dari berbagai kalangan dan semua usia bisa terkena penyakit ini.

Tidak sedikit dari mereka mengalami gejala berat dan pada akhirnya meninggal dunia, termasuk ibu yang baru melahirkan atau masih memiliki bayi usia menyusui.

Akibatnya, bayi yang mereka tinggalkan tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) yang mereka butuhkan. Fenomena ini menggerakkan sejumlah ibu yang memiliki bayi usia menyusui untuk mendonorkan ASI mereka.

Di antaranya adalah Yosepha (29) yang baru melahirkan anak pertamanya sekitar empat bulan lalu.

Baca juga: Berakhir Hari Ini, Bagaimana Kelanjutan PPKM Level 4 di Jakarta?

Kepada Kompas warga Lebak Bulus, Jakarta Selatan, mengatakan bahwa ia tergerak untuk mendonorkan ASInya setelah mendengar kabar seorang bayi berusia tiga hari ditinggal pergi sang ibu akibat Covid-19.

”Mengetahui fakta ada bayi tiga hari ditinggal pergi ibunya dan berita lain tentang kematian ibu dan bayi karena Covid-19, saya harus berbuat sesuatu. Membagi apa yang berlebih dari diri,” katanya.

Yosepha mengaku, ia mampu menyisihkan ASI perah sebanyak satu sampai dua kantong berukuran 70 mililiter per hari. Ketika diwawancarai Senin (19/7/2021), ia sudah mengumpulkan hampir 50 kantong ASI beku.

Berbekal pengetahuan dari dokter pribadi dan komunitas ibu menyusui, ia menyampaikan niat baik tersebut melalui Twitter, 18 Juli lalu.

Dalam cuitan di akunnya, Yosepha membagi beberapa informasi diri secara gamblang, seperti agama, riwayat kesehatan, konsumsi obat dan suplemen, serta gaya hidup.

Baca juga: Warga DKI yang Sudah Vaksin Dua Kali Bisa ke Mana Saja, Ini Kata Epidemiolog

Ini dilakukan karena donor ASI harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kondisi medis, budaya, agama, dan sosial.

”Aku benar-benar ingin mendonorkan ASI, khususnya buat ibu-ibu baru melahirkan yang positif Covid dan yang ASI-nya belum keluar karena kondisi lain. Kalau tidak masalah dengan riwayatku, silakan kontak, ya,” cuit pemilik akun @johek. Utas yang ia buat pun sudah disukai ribuan orang.

Angela Iban (30), warga Cinere, Depok, mengaku kelimpahan produksi ASI setelah enam bulan melahirkan bayi laki-laki.

Di akun Istagramnya, ia mempromosikan bantuan ASI beku yang diperah sejak April lalu untuk bayi yang secara darurat membutuhkan dengan kondisi kesehatan tertentu, termasuk faktor Covid-19.

”Sepekan ini saya sudah terima empat pesan dari pihak yang meminta donor ASI perah karena ibunya meninggal terpapar Covid-19. Namun, mungkin karena tidak baca dengan detail informasi saya, mereka batal karena berbagai alasan, entah beda agama atau bayinya beda jenis kelamin,” tutur Angela.

Baca juga: UPDATE 1 Agustus: Tambah 2.701 Kasus Covid-19 di Jakarta, 15.884 Orang Kini Berjuang Sembuh

Meski begitu, beberapa bulan terakhir ia telah mendonorkan ratusan kantong ASI perah kepada seorang bayi prematur di Karawaci, Tangerang, Banten.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com