JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah sebuah kolam air mancur, sepasang patung lelaki dan perempuan melambaikan tangan dan memegang bunga dengan wajah ceria.
Raut wajah patung bak menyapa ramah setiap orang yang melintas di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.
Mahakarya itu bernama Monumen Selamat Datang, digagas oleh Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno untuk menyambut peserta Asian Games ke-IV di Jakarta pada 1962.
Soekarno menginginkan agar patung itu menggambarkan keterbukaan bangsa Indonesia, dengan menyambut para olahragawan yang datang dari berbagai negara.
Baca juga: Monumen Selamat Datang, Simbol Keterbukaan Bangsa Indonesia
Konservator dari Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta Sukardi, dalam berita Kompas.com pada 3 Juli 2018, mengungkapkan bahwa sosok muda-mudi diwujudkan dengan ekspresi gembira dalam menyambut delegasi Asian Games yang datang.
Bunga dalam genggaman menyimbolkan persahabatan para peserta Asian Games saat itu.
Menurut dia, sosok muda-muda di Patung Selamat Datang bukan hanya merepresentasikan peserta Asian Games, melainkan juga kekuatan pemuda Indonesia.
"Bagi Soekarno, pemuda berperan sangat menentukan untuk Indonesia. Anak muda itu representasi dari masyarakat Indonesia, dimulai dari Kebangkitan Nasional, peristiwa Sumpah Pemuda, termasuk yang mendorong proklamasi juga kan anak muda," ujar dia.
Selain itu, dalam proses pembuatannya, Soekarno juga sekaligus menjadi model yang memeragakan patung tersebut.
"Ketika pematung Edhie Sunarso sedang mencari inspirasi, kemudian diberi contoh oleh Soekarno. Gerakan seperti yang diabadikan, tangan yang membentang ke atas," lanjut dia.
Baca juga: Henk Ngantung, Desainer Tugu Selamat Datang di Bundaran HI yang Jadi Gubernur
Edhie yang merupakan mantan tentara perjuangan kemerdekaan RI, saat itu juga berusia 28 tahun. Dia juga seniman yang menghasilkan Monumen Pembebasan Irian Barat dan Monumen Dirgantara.
Selain Edhie, Sukardi mengatakan, sosok lain di balik berdiri tegaknya Monumen Selamat Datang adalah Henk Ngantung, seniman sekaligus Wakil Gubernur DKI Jakarta kala itu. Henk sempat membuatkan pra-desain patung tersebut.
Patung yang kini berdiri kokoh di Bundaran HI itu memiliki berat 5 ton, dengan tinggi kepala sampai kaki 5 meter.
Sementara itu, tinggi seluruhnya sampai ujung tangan 7 meter, dan tinggi penyangga atau voetstuk dudukan yaitu 10 meter. Bahan yang digunakan berasal dari perunggu dengan sistem cor.
Baca juga: Patung Bundaran HI dan Pancoran, Masterpiece yang Ditinggalkan Edhie Soenarso
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.