Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soeharto dan Falsafah Mahabarata di Patung Arjuna Wijaya Jakarta Pusat

Kompas.com - 12/08/2021, 13:10 WIB
Singgih Wiryono,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - “Kuhantarkan kau melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang tiada mengenal akhir,” demikian tulisan prasasti yang ada dalam pedestal Patung Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Pesan itu bukan sekadar pesan kosong belaka, melainkan pesan penuh makna yang disebut-sebut sebagai simbol para pahlawan kemerdekaan yang memberikan tongkat estafet pembangunan pada para penerus bangsa Indonesia.

Patung Arjuna Wijaya, orang-orang lebih sering menyebutnya sebagai patung kuda. Memang tak salah menyebutnya demikian, karena rentetan delapan kuda yang menarik kereta Arjuna dan dikusiri Batara Kresna itu lebih terlihat mencolok ketimbang dua tokoh wayang yang ada di belakangnya.

Baca juga: Tugu Proklamasi, Digagas 5 Tokoh Perempuan hingga Pernah Dihancurkan karena Dikira Tugu Linggarjati

Patung ini memiliki panjang total 25,8 meter dengan tinggi 2,87 meter untuk figur kuda, dan 2 meter untuk figur arjuna.

Lebarnya 2,8 meter dan terletak di sisi perempatan antara Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jalan Budi Kemuliaan, dan Jalan MH Thamrin.

Arjuna terlihat gagah memegang busur panah, sedangkan Batara Kresna sibuk mengendalikan delapan kuda yang menarik kereta kencana mereka.

Berawal dari jalan protokol di Turki

Patung yang diresmikan pada 1987 saat Presiden Seoharto berkuasa ini memiliki banyak makna perjuangan.

Pembuat Patung Arjuna Wijaya, Nyoman Nuarta, mengatakan bahwa Patung Arjuna Wijata dibuat setelah Seoharto berkunjung ke Turki.

Saat berada di Turki, Soeharto melihat banyak monumen yang menjelaskan cerita masa lalu Negeri Dua Benua (julukan Turki) itu di jalan-jalan protokolnya.

Baca juga: Patung Hermes, Saksi Sibuknya Kawasan Harmoni yang Sempat Hilang

Selepas kembali ke Jakarta, Soeharto menyadari belum ada patung yang bercerita tentang falsafah yang melambangkan sejarah kemerdekaan.

"Pak Harto waktu itu bilang, 'Jalan-jalan protokol kita belum punya monumen yang ada cerita filsafatnya.' Dia kemudian nyuruh, 'Cari dong cerita yang memuat filsafat Indonesia.' Akhirnya kita bikinlah dari kisah Perang Baratayuda," kata Nyoman, 11 Januari 2015.

Setelah ditentukan cerita Baratayuda, proses pembuatan Patung Arjuna Wijaya dipimpin oleh Nyoman Nuarta dan dikerjakan oleh 40 seniman lainnya.

Dikerjakan di Bandung, patung dengan bahan dasar tembaga itu menghabiskan uang Rp 300 juta untuk harga di tahun 1987.

Nilai falsafah Arjuna Wijaya

Nama Arjuna Wijaya diambil dari kisah peperangan besar Baratayuda yang dikisahkan dalam kitab Mahabarata atau kisah pewayangan Mahabarata.

"Arjuna Wijaya adalah ungkapan kata dari kemenangan Arjuna dalam membela kebenaran dan keberaniannya secara simbolis memberikan apresiasi terhadap sifat-sifat kesatriaan yang dahulu kala senantiasa dipahami masyarakat melalui cerita-cerita epos 'Mahabrata'. Fragmen tersebut menggambarkan bagaimana Arjuna dan Batara Kresna bertempur melawan Adipati Karna," demikian keterangan yang dikutip dari laman Dinas Pariwisata DKI Jakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com