Bukan senang, Kunti malah takut dituduh menjadi wanita pezina karena melahirkan anak, padahal tidak pernah menikah atau berhubungan dengan manusia.
Akhirnya Kunti menghanyutkan Karna di Sungai Gangga, yang kelak ditemukan oleh orangtua angkat, yaitu Adirata yang bekerja sebagai seorang kusir.
Saat perang Batarayuda pecah, Kunti meminta Karna memihak Pandawa, tetapi Karna tidak menginginkan hal itu karena selama ini adik-adiknyalah yang mengejek Karna sebagai seorang anak tukang kusir.
Ejekan itu terlontar karena Pandawa tidak mengetahui bahwa Adipati Karna adalah kakak sulung mereka.
Baca juga: Mengenal Patung MH Thamrin, Monumen Pahlawan Kemerdekaan Asli Tanah Betawi
Sementara itu, Duryudana, anak sulung dari Destrarastra yang juga pemimpin pasukan Kurawa, justru mengakui Adipati Karna sebagai seorang brahmana, bukan sebagai seorang anak kusir.
Sebagai sikap ksatria, Karna memilih untuk tetap membela orang-orang yang menghargai dirinya sebagai seorang yang derajatnya ditinggikan.
Namun, Karna yang ingin mengalah pada adik-adiknya meminta kepada Kunti untuk tidak memberi tahu Pandawa soal kebenaran bahwa Karna adalah kakak sulung Pandawa.
Saat perang Baratayuda, Karna akhirnya tewas di tangan adiknya sendiri, yaitu Arjuna.
Setelah panah Arjuna menembus leher Karna, berita tentang putra sulung Kunti meninggal dunia terdengar ke seluruh pasukan Pandawa.
Saat itu, kelima anak Kunti yang disebut Putra Pandu menangis terisak karena membunuh saudaranya sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.