DEPOK, KOMPAS.com - Wali Kota Depok Mohammad Idris pernah membeberkan rencana untuk memberikan pendampingan khusus kepada anak-anak yatim/piatu akibat Covid-19.
"Kami akan membuat lembaga konsultasi untuk anak-anak yang bapak-ibunya meninggal dunia kerena Covid-19," ucap Idris, kala itu usai menerima penghargaan KLA Tahun 2021 secara virtual, dikutip situs resmi Pemerintah Kota Depok, Jumat (30/7/2021).
Saat itu, ia belum membeberkan lebih jauh rencana tersebut. Namun, saat ini, program tersebut mulai benderang.
Baca juga: Pemkot Depok Berusaha Penuhi Kebutuhan Anak yang Jadi Yatim atau Piatu akibat Covid-19
Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) akan menjadi leading sector dalam program kolaborasi antarperangkat daerah di lingkungan Pemkot Depok.
"Kata Pak Wali Kota, mereka adalah anak pejuang Covid-19. Kami tidak menamakan mereka anak yatim atau anak piatu, tetapi anak pejuang, karena orangtua mereka sudah berjuang melawan virus," kata Kepala DPAPMK Kota Depok Nessi Annisa Handari kepada Kompas.com pada Kamis (12/8/2021).
Sebagai informasi, hingga data terbaru diumumkan kemarin, Kota Depok telah melaporkan 1.913 kematian terkonfirmasi Covid-19.
Dari jumlah itu, ada ratusan orangtua yang masih memiliki anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Nessi menyatakan, sedikitnya sudah 740 anak di Depok telah kehilangan orangtua akibat Covid-19 sejak pandemi melanda wilayah tersebut pada Maret 2020 hingga sekarang.
"Kurang lebih anak-anak sekitar 740-an yang kehilangan orangtua, anak-anak, ya, bukan keluarga. Kan ada orangtua yang anaknya 2 atau 3, misalnya. Kalau keluarga ada sekitar 400-an," ujar Nessi.
Baca juga: Janji Jamin Hak Dasar Anak-anak Yatim Piatu Korban Covid-19, Pemkot Depok: Itu Kewajiban Kami
"Ada juga orangtua yang meninggal dua-duanya, meninggalkan 2 anak, yang satu masih SD, dan satu kuliah. Itu yang kuliah (di atas 18 tahun) juga kita masukkan ke dalam data karena memang orangtuanya sudah tidak ada. Jika anak itu sudah bekerja dan mampu, tidak kita masukkan. Tapi yang utama 0-18 tahun yang kita data," ungkapnya.
Ia menjelaskan, 740-an anak-anak ini berstatus yatim, piatu, maupun yatim piatu. Dengan kata lain, mereka telah kehilangan ibu, ayah, maupun ibu dan ayah karena orangtuanya itu meninggal akibat Covid-19.
Di sisi lain, Nessi mengungkapkan, tren anak-anak di Depok yang kehilangan orangtua akibat Covid-19 sangat terasa belakangan ini.
Baca juga: Sepanjang Pandemi, 740 Anak di Depok Kehilangan Orangtua karena Covid-19
Hal ini sejalan dengan meningkatnya tren kematian akibat Covid-19 saat pandemi gelombang kedua.
"Memang terasa. Kalau dulu kan tidak terlalu banyak, setelah tahun ini lumayan. Kami masih terus mendata," sebut Nessi.
DPAPMK disebut sedang fokus mendata anak-anak yang telah kehilangan orangtua akibat Covid-19.