"Beliau pematung yang cukup teliti, handal, dan terkenal," kata Ganang.
Patung Jenderal Sudirman akhirnya selesai dibangun dan diresmikan pada 16 Agustus 2003.
Desain patung Jenderal Sudirman dirancang oleh keluarga bersama para donatur dan Pemprov DKI.
Saat itu muncul tiga opsi desain, yakni saat Jenderal Sudirman menunggang kuda, menggunakan baju militer, dan menggunakan jubah gerilya.
"Akhirnya kami sepakati karena Jenderal Sudirman lebih terkenal dengan kesahajaannya, kami pakai jubah gerilya," kata Ganang.
Dalam desain yang akhirnya dipakai, tangan kanan Jenderal Sudirman dibuat menghormat, sedangkan tangan kirinya memegang tongkat komando.
Ganang mengakui desain tangan kanan yang menghormat itu menuai kontroversi.
Baca juga: Soeharto dan Falsafah Mahabarata di Patung Arjuna Wijaya Jakarta Pusat
Salah satu kritik cukup keras saat itu datang dari Pangkostrad Letjen TNI Hadi Waluyo. Hadi menegur langsung Ganang agar mengubah desain tangan menghormat itu.
"Pangkostrad ketika itu Pak Hadi Waluyo mengatakan, 'Jenderal Sudirman itu bukan hanya kakek Anda, bukan hanya ikon keluarga Anda, tapi ikon kami. Beliau tak pantas hormat pada siapa pun juga'," ujar Ganang.
Ganang kemudian memberi penjelasan bahwa posisi menghormat itu adalah tanda bahwa Jenderal Sudirman menghormati rakyatnya sebagai pemberi amanah.
Meskipun Jenderal Sudirman dalam karier militernya telah berhasil mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tetapi amanah yang diberikan rakyat itu dianggap belum tuntas.
Baca juga: Mengenal Patung MH Thamrin, Monumen Pahlawan Kemerdekaan Asli Tanah Betawi
Sebab, Jenderal Sudirman harus wafat pada usia muda. Ia wafat akibat penyakit tuberkulosis hanya berselang dua tahun setelah dilantik Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar TNI.
"Filosofinya hormat itu beliau menghormati kepada pemberi amanah. Itu tangannya tak akan diturunkan kecuali amanahnya sudah tidak ada di pundaknya. Kebetulan beliau meninggal di usia 34 tahun, 29 Januari 1950, beliau amanahnya masih ada di pundaknya," kata Ganang.
Hal itu pula yang kerap ditekankan oleh istri Jenderal Sudirman, Alfiah.
"Nenek saya selalu mengatakan, 'Jenderal Sudirman ini memegang atau menerima amanah sebagai panglima. Amanah itu harus dipertanggungjawabkan kepada rakyatnya. Amanah itu dikembalikan kepada rakyat'," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.