Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lapangan Banteng dari Masa ke Masa, Sebelum Monumen Pembebasan Irian Barat Berdiri Tegak

Kompas.com - 13/08/2021, 16:48 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tersimpan cerita sejarah dari Lapangan Banteng yang terletak di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Ikon yang paling terkenal saat ini adalah Monumen Pembebasan Irian Barat.

Namun tahukah? Dari masa ke masa, kawasan Lapangan Banteng juga menjadi rumah bagi monumen-monumen lainnya.

Sejak masa penjajahan Belanda hingga Jepang. Kali ini, Kompas.com akan mengulas beberapa patung yang dulu pernah tegak di kawasan Lapangan Banteng hingga kini menjadi tempat istimewa bagi Monumen Pembebasan Irian Barat.

Sejarah Trikora dan pembebasan Irian Barat

Patung bertubuh kekar yang kini ada di Lapangan Banteng itu dikenal dengan nama Monumen Pembebasan Irian Barat.

Baca juga: Mengenal Patung MH Thamrin, Monumen Pahlawan Kemerdekaan Asli Tanah Betawi

Patung yang berdiri sejak 17 Agustus 1963 itu menjadi ikon lapangan tersebut.

Mimiknya berteriak, kedua tangannya direntangkan, telapak tangannya dibuka lebar-lebar. Di pergelangan kaki dan tangannya, terpasang sebuah borgol yang sudah terlepas. Rantainya dibiarkan menguntai ke mana-mana.

Keberadaan monumen di tengah Lapangan Banteng tersebut dibangun untuk mengenang para pejuang Tri Komando Rakyat (Trikora).

Adapun Trikora merupakan nama operasi yang dikumandangkan Presiden Soekarno di Yogyakarta, untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda.

Menelik arsip Kompas.com, maestro kemegahan patung itu adalah Edhi Sunarso yang membuatnya dalam kurun waktu 12 bulan.

Patung yang memiliki bobot delapan ton itu terbuat dari perunggu. Semula patung itu divisualiasi dalam bentuk sketsa oleh Henk Ngantung.

Baca juga: Patung Jenderal Sudirman, Dibangun Pakai Uang Urunan hingga Kontroversi Tangan Menghormat

Dalam visuasliasi berbentuk sketsa itu mengilustrasikan seorang yang telah bebas dari penjajahan. Maka patung itu diterjemahkan dengan adanya rantai borgol pada kaki.

Patung Singa pada era kolonial Belanda

Menurut catatan dari berbagai sumber, Lapangan Banteng sudah berganti nama hingga beberapa kali. Pada era kolonial Belanda, lapangan ini bernama "Waterlooplein".

Namun, pada masa itu, lapangan ini lebih dikenal dengan sebutan Lapangan Singa.

Nama itu dipilih karena dahulu di tengahnya terpancang tugu peringatan kemenangan pertempuran Waterloo, dengan patung singa di atasnya.

Menurut Peneliti Cagar Budaya DKI Jakarta Candrian Attahiyat bangunan itu dibangun untuk merayakan kekalahan Prancis yang tidak lagi berkuasa di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Megapolitan
Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Megapolitan
Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Megapolitan
Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu

Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan "Food Estate" di Kepulauan Seribu

Megapolitan
Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com