BOGOR, KOMPAS.com - Setiap tahun di pertengahan bulan ketujuh dalam kalender China, masyarakat keturunan Tionghoa di Kota Bogor, Jawa Barat, menggelar ritual cioko atau sembahyang arwah sebagai penghormatan kepada leluhur.
Dalam tradisi itu, mereka percaya bahwa pada penanggalan tersebut pintu alam baka terbuka dan hantu atau roh-roh penasaran dapat bergentayangan.
Untuk menghormati roh-roh leluhur mereka yang mati penasaran, sebuah persembahan seperti mie instan, beras, serta buah-buahan pun disajikan.
Selain memberi makan kepada para arwah penasaran melalui persembahan yang disajikan itu, ritual cioko juga menjadi cara masyarakat Tionghoa berbuat baik kepada sesama.
Baca juga: Menengok Upacara Cioko di Vihara Nimmala Tangerang, Bakar Kapal dan Patung Setinggi 9 Meter
Usai ritual cioko dilakukan, warga akan berebut makanan yang disajikan di atas meja. Tradisi itu telah berjalan cukup lama. Warga Bogor yang tinggal di sekitar vihara atau klenteng ikut bergembira.
Namun, pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Tradisi itu tak bisa digelar dengan cara lama. Tak ada lagi keriuhan dan hingar bingar.
"Kepercayaan Tionghoa, setiap bulan tujuh penanggalan Imlek disebutnya bulan sembahyang arwah. Kita saling berbagi. Biasanya ada rebutan. Jadi abis sembahyang, masyarakat berebut. Ada Indomie, susu, beras, ya sembako-lah," kata Wakil Ketua Yayasan Vihara Dhanagun Bogor, Frankie Sibbald, Senin (16/8/2021).
"Setelah ada Covid-19, tradisi berebut makanan itu sudah enggak ada lagi. Karena kan ratusan orang datang. Apalagi kalau lagi bagi-bagi beras, antrian warga bisa sampai depan," sambung Frankie.
Frankie menuturkan, kegiatan ritual cioko tahun ini harus digelar secara sederhana. Masyarakat keturunan Tionghoa di Kota Bogor telah mengumpulkan sebanyak 40 ton lebih beras yang dibuat menjadi 10.000 paket.
Puluhan ribu paket berisi beras itu diperuntukkan buat warga yang mengalami kesulitan ekonomi, terutama bagi mereka yang terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan yang menjalani isolasi mandiri (isoman). Pembagian paket beras ini dipusatkan di Vihara Dhanagun.
“Pembagian beras ini setiap tahun kita bagikan untuk orang-orang yang kurang beruntung, dan sekarang kebetulan beras banyak, jadi kita juga bisa bantu orang-orang yang terdampak PPKM dan isolasi mandiri,” ujarnya.
"Kami bagikan kupon kepada warga. Pendataannya melalui RT dan RW. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, karena kalau kami bagikan sekaligus akan menimbulkan kerumunan," ujar Frankie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.