JAKARTA, KOMPAS.com - Musdalifah (31), seorang warga korban gusuran Kampung Akuarium di Jakarta Utara, membeberkan pahit getir kehidupannya selama tinggal di lokasi bekas gusuran dalam lima tahun terakhir.
Musdalifah mengatakan, dirinya dan keluarga menetap di rumah semi permanen yang dibangun di atas puing sisa-sisa penggusuran. Baginya, tidur bertemankan tikus sudah menjadi hal biasa. Tak jarang pula ia digigit oleh hama tersebut.
Baca juga: Saat Instruksi Jokowi soal Tarif Tes PCR Tak Dipatuhi Sejumlah RS dan Klinik di Jakarta
Kesulitan untuk mendapat pasokan listrik hingga air bersih sempat memperparah situasi di sana.
Keluarga Musdalifah hanyalah satu dari puluhan keluarga lain yang memilih untuk menetap di lokasi bekas gusuran. Mereka tidak punya pilihan karena sumber pencaharian mereka ada di kampung nelayan tersebut.
“Seandainya ditempatkan di Rusun Marunda atau Rusun Cakung (seperti yang ditawarkan Pemprov DKI sebelumnya), itu terlalu jauh buat kerja,” ujar Musdalifah kepada Tribun Jakarta.
Baca juga: Setelah Terbengkalai Berbulan-bulan, Truk Mogok di Pinggir Jalan Tangerang Akhirnya Dievakuasi
Sebelum menempati bangunan semi permanen seperti yang ia huni sekarang, Musdalifah tinggal di tenda bersama keluarga lain. Teriknya matahari dan hujan badai membuat hidup mereka semakin sengsara.
Situasi seperti itu bertahan selama kurang lebih dua tahun lamanya.
“Kalau enggak salah di tenda hampir dua tahun. Saya ngerasain panas, kehujanan. Apalagi pas angin gede, kita enggak bisa tidur. Sama-sama pegangan tiang aja,” kenang Musdalifah.
Baca juga: Nasib Oknum Prajurit TNI Halangi Ambulans yang Bawa Bayi Kritis, Tetap Ditahan meski Sudah Berdamai