JAKARTA, KOMPAS.com - Bioskop boleh dibilang menjadi salah satu bagian dari industri perfilman yang sangat terdampak pagebluk Covid-19.
Sejak virus SARS-Cov-2 mewabah ke seluruh penjuru negeri, ruang gerak bioskop sangat dibatasi, bahkan beberapa kali mengalami penutupan.
Hal itu seolah menjadi "malapetaka" bagi bioskop.
Bioskop harus berjuang keras agar kembali meraih kepercayaan dari pemerintah, penonton, hingga para pembuat film untuk dapat bertahan dalam kondisi yang serba sulit ini.
Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengatakan, selama operasional bioskop dibatasi akibat pandemi Covid-19, banyak pembuat film nasional enggan memberikan karya mereka.
"Sudah hampir dua tahun mereka enggak mau (karena) kapasitas (bioskop) 50 persen, nanti rugi. Film nasional enggak ada, cuma satu dua yang masuk," kata Djonny saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/8/2021).
Baca juga: Bioskop Masih Ditutup meski Jabodetabek PPKM Level 3, GBPSI: Kita Bingung
Bioskop memiliki "PR" besar untuk menggaet para produser film, baik dalam maupun luar negeri agar karya-karya tersebut diputar di layar emas.
"Yang paling penting kita harus approach film-film, impor maupun nasional. Itu yang saya lihat, menguji siapa yang betul-betul setia kawan," sambungnya.
Sebab, kalaupun bioskop di seluruh Indonesia sudah dibuka, semua itu tak ada artinya apabila tak ada film yang akan ditayangkan.
Adapun bioskop mulai ditutup pada 23 Maret 2020, saat kasus Covid-19 mulai muncul di Indonesia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.