Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana PTM di Bekasi, Disambut Baik tapi Ada Orangtua Khawatir Anak Tak Terapkan Prokes Ketat

Kompas.com - 27/08/2021, 16:12 WIB
Djati Waluyo,
Nursita Sari

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas menuai beragam pendapat orangtua siswa.

Dicky Syahputra (41), warga Kelurahan Bintara, menyambut baik dan mendukung rencana tersebut. Menurut Dicky, sekolah sudah seharusnya dibuka seperti halnya mal.

"Seperti mal dibuka kan ya, tapi kenapa sekolah ditutup, sedangkan mal itu orangnya lebih banyak, aktivitas berbelanja mereka juga lebih lama, kalau ini kan murid bisa saja dibuka misalnya dua jam ataupun tiga jam sekolah," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/8/2021).

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Terbatas di Kota Bekasi Direncanakan Digelar Pekan Depan

Dicky berharap sekolah bisa segera dibuka karena anaknya sudah jenuh belajar di rumah dan belum mengenal langsung teman-temannya.

"Muridnya sendiri sudah jenuh juga. Apalagi anak saya ini pindah sekolah dari swasta ke negeri pada tahun lalu, makanya sampai sekarang karena belum ada tatap muka jadi untuk mengenal temannya belum bisa," ujar dia.

Menurut Dicky, selama pembelajaran jarak jauh atau online, materi yang disampaikan guru tak banyak sehingga lebih baik pembelajaran dilakukan tatap muka.

"Kalau belajar online kan guru menerangkan hanya terbatas saja, kami sebagai orangtua harus pintar-pintar mengerti. Kalau ibaratnya orangtuanya yang cuek atau tidak mengerti, kan dia bingung. Kami juga kuota (internet) juga nambah," ujarnya.

Baca juga: Pemkot Bekasi Klaim Zona Hijau di Wilayahnya Capai 95,28 persen

Sementara itu, Risma Uli (51), warga Jatiasih, mengatakan bahwa dia belum mengizinkan anaknya untuk sekolah tatap muka. Sebab, penyebaran Covid-19 masih cukup tinggi meski angka kasus mulai menurun.

"Jangan dulu karena kan kasusnya juga masih tinggi, kalaupun menurun, tetap ribuan juga (kasusnya). Kalaupun dikasih pilihan 50:50 PTM, kayaknya masih lebih milih untuk daring aja, ini untuk keselamatan juga," ujar Risma.

Risma memilih anaknya tetap belajar online karena khawatir akan penularan Covid-19, sedangkan anak-anak seusia anaknya masih sulit menerapkan protokol kesehatan ketat.

"Kita saja yang sudah dewasa masih suka langgar prokes, apalagi kalau anak-anak juga kan masih tidak terlalu paham prokes, dan kalau dia PTM kan kami tidak bisa ngawasin," ujarnya.

Baca juga: Setelah Dikumpulkan Anies, 7 Fraksi DPRD DKI Sepakat Tolak Hak Interpelasi Formula E

Seperti halnya Risma, Yohana (56), warga Jatiasih, juga memilih anaknya belajar secara daring lantaran anaknya belum divaksinasi Covid-19.

"Untuk saat ini mungkin belum, soalnya kan anak saya belum vaksin nih, dan tidak tahu juga teman-teman kelasnya sudah vaksin juga atau belum," ujar Yohana.

Jika anaknya sudah mendapatkan vaksin dan PTM dilaksanalan dengan prokes yang ketat, ia kemungkinan akan mengizinkan anaknya mengikuti PTM.

"Mungkin, kalau sudah pada vaksin, dan ngejalanin prokes ketat, mungkin udah mulai bisa sekolah dengan tatap muka. Dengan catatan, satu kelas dibatasi kuota orangnya," ujarnya.

Baca juga: Anies Sebut Pembelajaran Tatap Muka Akan Digelar di 610 Sekolah Mulai 30 Agustus

Yohana berujar bahwa kondisi saat ini memang sangat sulit. Ia menilai bahwa belajar secara daring memang tidak efektif. Namun, di sisi lain, pandemi juga membuatnya khawatir akan kondisi anaknya.

"Penginnya cepat masuk, soalnya belajar online tidak efektif, tapi ya susah karena keadaannya masih pandemi gini," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com