JAKARTA, KOMPAS.com - Mural bernada kritikan dan sindiran terhadap pemerintah mulai bermunculan di Jakarta dan Tangerang.
Terbaru, sebuah mural yang menggambarkan sosok diduga Presiden Joko Widodo muncul di sebuah tembok di Jalan Kebagusan Raya, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Mural ternyata sudah ada sejak pendudukan Jepang di Indonesia. Mural kala itu digunakan sebagai media propaganda Jepang di Indonesia.
Baca juga: Patah Satu Tumbuh Seribu, Saat Mural-mural Baru Bermunculan Usai Penghapusan oleh Aparat
Sendenbu (Departemen Propaganda Jepang) menggenjot produksi alat propaganda melalui radio, film, surat kabar, serta pameran dan pertunjukan seni.
Untuk memaksimalkan usaha propaganda tentang perang Asia Timur Raya, Jepang juga membentuk Biro Pengawas Siaran Jawa (Jawa Hoso Kanrikoru), Perusahaan Surat Kabar Jawa (Jawa Shinbunkai), dan Perusahaan Film Jepang (Nihon Eigasha Nichi'ei).
Selain dijadikan sarana propaganda, karya seni selama pendudukan Jepang juga dijadikan sarana hiburan dan alat untuk memperkaya budaya.
Karya seni anak bangsa juga mulai bermunculan semasa pendudukan Jepang. Berbagai organisasi seni mulai berkembang, seperti Pusat Tenaga Rakyat, Keimin Bunka Sidhosho, dan Perserikatan Oesaha Sandiwara Djawa (POSD).
Beberapa penulis dan seniman Indonesia, seperti Affandi, Sudjojono, dan Emiria Sunnasa, juga ikut dalam pusaran karya seni selama pendudukan Jepang.
Mereka bekerja sama dengan para seniman Jepang, di antaranya desainer grafis Takahashi Kono, karikaturis Saseo Ono, dan pelukis Miyamoto Saburo.
Para seniman Indonesia juga mendapat cat minyak, kanvas, studio, model, dan ruang pameran gratis dari Pemerintah Jepang.
Baca juga: Mural di Kebagusan Sindir Wacana Jokowi 3 Periode: Nggak Oke, Borgol